Selasa, 14 Desember 2010

Si Mumun Belajar dari Bang Thariq

Wussshh... Mumun datang lagi teman2...bingung mau cerita tentang apa. Okelah.. alkisah suatu hari beberapa waktu silam, Si Mumun lagi diem2 di kamarnya. Ngelamun ceritanya. Pikirannya lagi sumpek, doi mau ujian semester kawan-kawan. Buku-buku mata kuliah sudah siap untuk bergantian dibaca. Ya..ya, nggak perlu modal waktu banyaklah buat belajar, yang paling penting paham dan nggak asal paham... mengingat kapasitas otak kiri kita hanya mampu diajak konsentrasi belajar 1-2 jam, selanjutnya otak kanan nggak mau kalah buat kerja, makanya kenapa setelah 1-2  jam itu kita mungkin belajar, tapi tanpa kita sadari pensil yg lagi kita pegang udah membuat karya2 baru,... mau nggambar bolah ruwet, tokoh kartun atau garis2 nggak jelas..apapunlah.. (sok teu dah guwe..mohon koreksinya kalo salah... hanya ingat pas dulu kata pak guru di SMA).. okelah, qt nggak lagi bahas metode belajar yang baik... perlu berguru itu sama temen2 di UM..hehehe
Kembali ke topik deh. Mumun diam, Cuma liat tumpukan buku2 tebal di depannya. Niatan buat ambil satu buku sih ada, tapi ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya... selidik demi selidik, hatinya lagi kacau. Pikirannya melayang. Sesekali kedua telapak tangannya ditelungkupkan di kedua wajahnya. Seakan merasakan beban. Sementara itu, Hanum, teman sekosannya gak sengaja lewat depan kamar Mumun.. “ada yang aneh”pikir Hanum dalam hati. Diketuknya pintu kamar Mumun, sambil mengucap salam
Tok..tok..tok, “ Assalamu’alaykum...napa loe Mun, kagak biasanya kayak orang bingung begini,” ujar si Hanum, dengan gayanya medok khas betawi.
“ Wa’alaykumsalam..” balasnya singkat... hmm.. benar2 ada yang aneh. Tidak biasanya Mumun tak banyak bersuara. Okelah, nalurinya sebagai yang lebih tua muncul dah. “ Kenape Mun? Ayam tetangga aye kemarin mati Mun, gara-gara ngelamun kayak elu...ati2 lho” Hanum mencoba menghibur Mumun.
“ Mana ada ayam mati gara-gara ngelamun, paling yang punya noh ngelamun, nggak nyadar nglempar pisau kena noh sama lehernya si ayam, mati keok..keok dah” ujar si Mumun
“ Hehe..iya kali ya.. habisnya elu diem gitu, nggak biasanya, kagak keliatan semangat gitu. Bukannya besok ujian Mun. Yang semangat napa.” Mumun diam sejenak. Menghela napas panjang. Senyumnya kecut memandang Hanum. Memandang buku2 didepannya lagi. Tangannya sekarang menjadi tumpuan kepalanya. “ Iya mbak, tapi rasanya semangatku hendak berperang dengan tentara ketakutan yang sedang bersemayam dalam hatiku.”
Hanum, masuk ke dalam kamar Mumun. Ditepuknya pundak kawannya itu(bukan mau digendam kok..hehehe). “ Apa yang kau takutkan dari ujianmu besok? Katakan padaku”.(Sok gaya loe Num) Mumun berbalik arah, memandang hanum yang duduk didekatnya. “ Aku takut mbak, aku takut episode itu terulang. Semester-semester lalu, aku gagal mencapai target yang kubuat, aku gagal menghasilkan prestasi gemilang, nilaiku tak ubahnya kegagalan yang tak ada nilainya, aku gagal membuat emak sama bapak tersenyum bahagia krn prestasiku.” Mendengar keluhan kawannya itu, hanum terdiam sejenak, tangannya sesekali membenarkan kacamata. Pikirannya seolah-olah mencari jawaban. Dia tersenyum. Pernahkah kau tau cerita Tariq bin Ziyad, sang penakluk Spanyol? Mumun menggelengkan kepalanya.
 Thariq membawa 70.000 pasukannya menyeberang ke daratan Eropa dengan kapal. Sesampai di pantai wilayah Spanyol, ia mengumpulkan pasukannya di sebuah bukit karang yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar -diambil dari bahasa Arab “Jabal Thariq”, Bukit Thariq. Lalu ia memerintahkan pasukannya membakar semua armada kapal yang mereka miliki. Pasukannya kaget. Mereka bertanya, “Apa maksud Anda?” “Kalau kapal-kapal itu dibakar, bagaimana nanti kita bisa pulang?” tanya yang lain. Dengan pedang terhunus dan kalimat tegas, Thariq berkata, “Kita datang ke sini bukan untuk kembali. Kita hanya memiliki dua pilihan: menaklukkan negeri ini lalu tinggal di sini atau kita semua binasa!”pasukannya paham. Mereka menyambut panggilan jihad Panglima Perang mereka itu dengan semangat berkobar. Lalu Thariq melanjutkan briefingnya. “Wahai seluruh pasukan, kalau sudah begini ke mana lagi kalian akan lari? Di belakang kalian ada laut dan di depan kalian ada musuh. Demi Allah SWT., satu-satunya milik kalian saat ini hanyalah kejujuran dan kesabaran. Hanya itu yang dapat kalian andalkan.
Hanum terdiam sejenak melihat wajah Mumun yang memperhatikannya dengan seksama. “Apa yang kau dapati dari ceritaku Mun?” Tanya Hanum. Hanum tak kuasa menahan air matanya, bibirnya bergetar. Hanum memegang tangan sahabatnya itu, “ Mun, Engkau sudah datang di pulau perjuangan, akankah engkau kembali? Tidak! Selesaikan juga saat ini. Maka bakarlah kapal-kapalmu, sehingga tak ada pilihan lagi, yg ada hanya kau terus maju, meraih mimpimu, Janganlah khawatir, karna Allah senantiasa bersamamu. Dan satu-satunya milikmu adalah kejujuran dan kesabaran. Apa yang hendak kau pilih, akankah engkau berbalik arah, menyerah, dan kau sebagai pecundang atau kau tetap melangkah ke depan, berjuang, tak peduli kau tergores luka, namun kau menjadi pejuang dan menang. Biarlah kegagalan yang lalu menjadi proses pendewasaan, sehingga kau tahu letak kesalahan, itu proses tarbiyah Allah, agar kau tak mudah lalai, agar kau menjadi orang yang kuat, agar kau senantiasa berjuang. Bersemangatlah... mereka menunggu karya besarmu. Tak ada lagi yang harus kau takutkan. Yang harus kau takutkan hanya jangan sampai melaluinya dengan cara yang tidak benar. Allah melihat proses bukan hasilnya. Berkaryalah kembali. Bapak, Emak pasti mendoakan langkahmu. Kau hanya tinggal meluruskan niat kembali, ikhtiar maksimal, doa, selanjutnya bukan hakmu untuk memikirkan hasilnya..bertawakallah, Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.(Al insyirah 7-8)
Hanum menatap wajah Mumun dengan tajam. Seakan mentransfer energi positifnya, agar sang kawan tak lagi lemah akan kegagalan2 yang lalu,meyakinkan sahabatnya bahwa dia pasti bisa dan mendapatkan nilai maksimal. Mencoba mengaburkan keraguan yang bersemai dalam hatinya...
“ Mbak Hanum... baiklah, hari ini aku berazam.. aku pasti bisa!!! Iya.. Semangat, terimakasih wejangannya mbak, berjanji tak akan mengecewakan.” Hanum pun membalas dengan senyum sumringah. Akhirnya... Hanum lega dan keluar dari kamar Mumun... dia berdiri sejenak di dekat pintu... “ Hyaaah..kesambet apa yak, tumben2an bisa ngomong kayak tadi..hwaaah. semacam ndak percaya sendiri..hehehe, kemajuan num, nggak rugi ikut pengajian kemarin...hehe.”

Kudapati perjuangan sampai detik ini
Penuh onak dan duri
Kegagalan tak jarang datang menghampiri
Tapi kuyakin, janji Allah itu pasti
Tak ada alasan untuk berhenti
Apalagi balik arah untuk kembali
Tak ingin kudapati Pecundang dalam diri
Karna ku yakin mampu menjadi Pemenang Sejati

Di Meja Kerjaku
Malang, 19 Oktober 2010


0 komentar:

Posting Komentar