Rabu, 27 Agustus 2014

Jilbab itu...... Istimewa ^_^

Ehemm... Wusss.. akhirnya nulis lagi... nengokin blog ini lagi, bersih-bersih lagi, kayaknya berdebu ni rumah yak... hehe. sebenarnya banyak yang pengen ditulis tapi apa mau dikata, sok sibuk gitu dahh... oke guys, langsung aja cuss ya... judul tulisan saya kali ini seputar jilbab, ada apa dengan JILBAB???

Kalau saya ceritakan bagaimana kisah saya akhirnya memilih berjilbab "RAPI" dengan kata lain (semoga) sudah masuk kategori Syar'i, tidak ada yang spesial, waktu SD memang sekolah di madrasah jadi sudah pakai jilbab, tapi dulunya memang kalau sekolah aja, tapi sejak kelas 6, kakak laki-laki saya dengan entengnya menyuruh saya membiasakan diri pakai jilbab. meskipun belum rapi tapi saya tidak pernah pakai jilbab yang pendek, Alhamdulillah selalu menutup dada, tapi masih sering pakai celana. baru saat saya masuk kelas 1 SMP, yang kebetulan juga di Madrasah Tsanawiah, saya baru memakai Jilbab yang syar'i, bukan karena permintaan atau saya sadar bagaimana menggunakan jilbab yang benar, tapi karena ibu saya membelikan saya kain yang lebar buangeeeetttt terus dijahit jadi gamis yang cantikkkk hehe... sudah saya bilang tak ada yang spesial kokkkk :D

Tapi bukan itu yang akan saya ceritakan di sini. beberapa waktu lalu saya pulang kampung, kebetulan naik Bus. karena jumlah bus yang akan saya naiki ini terbatas jumlahnya dan hanya ada sejam sekali, jadi harus sabarrrr nungguin di Terminal. bau kendaraan bermotor, teriakan kondektur bis antar kota, lalu lalang asongan menjajakan dagangan, debu yang beterbangan, panas yang menyengat, asap rokok yang bisa bikin eneg, orang yang kesana kemari bawa barang berkardus-kardus, tas ransel atau tanpa tentengan apapun, apalagi kira-kira yang bisa menggambarkan sebuah Terminal Bus, di salah satu Kota Besar di Indonesia. karena di sana tidak ada tempat duduk untuk menunggu, jadilah saya duduk di pinggiran trotoar tempat bus tujuan saya nanti berhenti menunggu penumpang, sambil melihat kiri kanan. awalnya tak ada yang menarik, begitu-begitu saja. tapi kemudian ada yang membuat saya jengkel, risih dan sebangsanya.

sekitar 15 menit setelah saya menunggu lama, tiba-tiba ada seorang perempuan yang akhirnya saya tahu dia baru saja lulus SMA hendak berkunjung ke rumah saudara, saya tahu karena akhirnya di dalam bis kita sebelahan. terus apa yang membuat saya jengkel? sebut saja dia Fulanah, dengan membawa tas pakaian ukuran cukup besar, dengan tampilan anak gahul jaman sekarang, celana pensil, baju agak ketat, rambut panjang yang dikuncir kuda, cuma Fulanah tak pakai kosmetik, tapi kayaknya cuma pakai bedak. cerita bermula saat Fulanah tanya ke salah satu pedagang asongan "Pak, Bus ke kota xxxxxx di sini ya?" Sebut saja pak Asongan itu A, "Iya Mbak, di sini mbak.. sini-sini mbak saya bantu" ujar Pak A pada Fulanah. awalnya saya biasa aja lihat adegan itu, tapi kemudian semakin lama semakin ahhh sudahlah, pak A yang memang tak terlalu muda, juga tak terlalu tua itu terus2an nanya ke Fulanah dengan hal yang g penting, nanya rumahnya mana, mau kemana, namanya siapa de el el... seriusss risih. Melihat pak A yang Pak B (Asongan yang lain) datang mendekat ke arah Fulanah juga sambil duduk di depan si Fulanah "Mbak ati-ati mbak, jangan percaya sama si A itu, ati-ati kalau di Terminal... bla bla...." yang ujungnya sama aja sama pak A tadi yang nggodain si Fulanah. Dan Fulanah ngapain??? kelihatan Fulanah risih tapi gak tahu ngapain, jadinya diem sesekali menjawab pertanyaan si pak asong. gak cukup pak B yang ikutan Pak A, datang lagi asongan-asongan lain sok-sokan SKSD sama si Fulanah. nggak ngerti apalagi yang mereka katakan, saling menimpali lah satu sama lain.

Jujur saya sebagai perempuan merasa terhina, pingin marah terlebih saya belum bisa berbuat apa2 >.< saat saya melihat saudara saya digoda seperti itu, untungnya tak berselang lama bis yang kami tunggu tiba jadi si Fulanah bisa bebas dari godaan2 gak jelas kayak gitu. ada yang menarik saat peristiwa itu, di samping Fulanah ada seorang perempuan berjilbab, anggun dilihat, jilbabnya rapi. bila dibandingkan dengan Fulanah, tak kalah cantiklah. tapi kenapa si bapak-bapak Asongan itu nggak SKSD sama mbak berjilbab itu? mbaknya ramah kok, lawong saya senyum saja mbaknya balas senyum ke saya hehe. lalu apa alasannya??? ahh iya, ada yang berbeda dengan mbak ini dengan si Fulanah, iya bener. Jilbabnya... Jilbabnya yang melindungi si mbak cantik itu dari godaan lelaki, jilbabnya tak sekedar menutup aurat, jilbab sebagai melindungi wanita dari kejahatan. Jilbab yang syar'i juga bisa buat sholat jadi gak usah bawa mukena hehe, Jilbab itu membantu para kaum adam untuk menjaga matanya untuk melihat hal-hal yang dilarang.... Ahh iya, jilbab itu istimewa, seistimewa dirimu #eeaaa.

















يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لأزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
“Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu & isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah utk dikenal, karena itu mereka tak di ganggu. & Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” 
(QS. Al-Ahzab: 59)
Adanya Allah sudah memerintahkan bukan tanpa alasan, karena Allah teramat cinta pada hambaNya, hingga ingin selalu hambaNya terjaga, menjadi terhormat di dunia dan diakhirat. Jika memang belum berjilbab karena belum siap, siap seperti apa yang harus ditunggu sedangkan para Shohabiyah begitu bersegera saat turunnya ayat untuk berjilbab bagi seorang muslimah. Jika yang jadi alasan karena tak ada dana untuk membeli jilbab, niat baik insya Allah akan dimudahkan selama masih mau berikhtiar... ahhh jangan terlalu banyak mengurai alasan begitu kira-kira kata teman. kalau memang bisa disegerakan maka segerakanlah, sebelum akhirnya penyesalan di akhir hayat. demikianlah pemirsa yang dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat :)

Pejuang Syahidah

Jumat, 11 Juli 2014

LURUSKAN NIAT MENIKAHMU

Tulisan dibawah bukan asli tulisan saya lho, soalnya memang belum mengalami, ya sapa tahu setelah upload tulisan ini (meskipun copas) mengalaminya sendiri #eeaaa :D
Yang pasti saya suka dengan maknanya, ya bisa nambah-nambah dalam proses pembelajaran menuju ke sana. Karena Niat itu amat sangat penting sekali, iseng-iseng nyari dapatnya artikel ini, dan sesuatu banget dah isinya. Mungkin sedikit review sebelum masuk ke bacaannya, kita ingat kembali hadit arbain yang pertama, yuppss tentang NIAT

عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ: إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى. فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ. 
[رواه إماما المحدثين أبو عبد الله محمد بن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن بردزبة البخاري وأبو الحسين مسلم بن الحجاج بن مسلم القشيري النيسابوري في صحيحيهما اللذين هما أصح الكتب المصنفة]

Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khattab radhiallahuanhu, dia berkata, "Saya mendengar Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya setiap perbuatan ) tergantung niatnya ). Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya ) karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena menginginkan kehidupan yang layak di dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan. 
(Riwayat dua imam hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari dan Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaaburi di dalam dua kitab Shahih, yang merupakan kitab yang paling shahih yang pernah dikarang).

dan selajutnya selamat mengambil ibroh dari tulisan ini...

Bagi yang paham, apabila sedang berada dalam proses menuju pernikahan, saat ditanya perihal niatan menikah, maka mayoritas jawabannya adalah sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT. Subhanallah.. betapa mulianya niat tersebut. Nah.. pertanyaannya, betulkah niatnya lurus untuk Allah dan hanya karena Allah? Hehehe.. biasanya, saat ditanya demikian, kita akan mengangguk yakin bahwa niatannya betul-betul lurus untuk ibadah kepada Allah.  Tapi sekali lagi, betulkah demikian?
Melalui postingan kali ini, yuk kita sama-sama analisis kelurusan niatan menikah kita. As usual based on my own experiences :)
Subhanallah.. Allah sungguh luar biasa. Pada saat saya sedang berproses ta’aruf kemarin, kami dipertemukan dengan seorang ustadz yang luar biasa pula, dan memang berkapasitas untuk menasihati orang-orang mengenai ilmu-ilmu pernikahan dalam Islam, terutama yang sedang dalam proses ta’aruf seperti kami.
Masih tampak jelas dalam ingatan saya, sore itu kami duduk di ruang buku ustadz tersebut, bersiap untuk mendengarkan berbagai wejangan demi kemudahan proses kami menuju pernikahan. Saya pribadi pada saat itu membayangkan akan menerima nasihat-nasihat indah yang menggiring harapan baik menuju pernikahan idaman. Hati saya dipenuhi pengharapan akan mendapatkan penjelasan mengenai langkah demi langkah yang jelas, untuk mencapai pernikahan yang barakah.
Pertemuan pertama saya dengan ustadz memperlihatkan saya pada sosok bapak yang tampak sangat bijaksana. Beliau ini merupakan mantan preman, yang setelah hijrah, malah semakin melesat dan kini sudah mendirikan banyak sekali rumah tahfidz untuk para santri penghafal Al Qur’an, subhanallah. Tak hanya itu, dunia kini justru berduyun-duyun mengejarnya.
Ustadz membuka percakapan melalui perkenalan dengan kami terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan bertanya mengenai kesibukan kami sehari-hari. Obrolan kami berlangsung sangat santai seperti sedang silaturahim biasa, bukan berguru atau memohon nasihat. Kami pun akhirnya menyampaikan niat kedatangan kami. Ustadz tersebut tersenyum memandangi kami yang saat itu sedang dalam proses ta’aruf. Bukannya memberikan nasihat, beliau malah meluncurkan pertanyaan, yang hingga sekarang menjadi pedoman kuat saya dalam pelurusan niat menikah. Simak baik-baik ya..
“Nak.. kalau kalian yang sudah berproses hingga sejauh ini ternyata  pada akhirnya kalian tidak berjodoh, tidak bisa sampai ke pernikahan..” beliau menghela nafas sebentar, kemudian menatap kami, “Bagaimana perasaan kalian?”
Seketika kami terdiam. Bagi saya pribadi, itu merupakan hal yang tidak pernah saya bayangkan sama sekali sebelumnya. Saking saya menikmati proses ta’aruf yang indah sesuai syariat Allah, tidak sekalipun terlintas dalam benak saya apabila kelak ternyata kami sebetulnya tidak berjodoh. Saya terdiam cukup lama, merenungkan seandainya hal tersebut benar-benar terjadi. Tidak terbayang sama sekali.
Ustadz memecah keheningan kami dengan mengulang kembali pertanyaan yang sama, “Bagaimana seandainya ternyata setelah berproses sejauh ini, ternyata kalian tidak bisa sampai ke pernikahan sebab kalian memang tidak ditakdirkan Allah untuk berjodoh?” Kami terdiam kembali dan benar-benar membayangkan apabila kelak hal tersebut benar terjadi. Dan akhirnya ustadz bertanya kembali, “Bagaimana perasaannya? Ternyata berat ya membayangkan bila setelah berproses sejauh ini ternyata tidak bisa sampai ke pernikahan?” Saya mengangguk dalam hati. Sungguh berat sekali membayangkan apabila benar suatu hari ternyata proses kami harus terhenti atas alasan apapun, sebab proses kami indah sekali, khususnya bagi saya.
“Nak.. rasa berat hati saat membayangkan seandainya diri tidak berjodoh dengan pasangan yang sedang berproses sekarang merupakan tanda bahwa niat menikahmu belum lurus untuk Allah SWT.” Subhanallah.. JLEB!!
“Ucapanmu mengenai niatan menikah karena Allah, demi ibadah yang lebih lengkap, pengutuhan keimanan, dll.. mudah sekali diuji kebenarannya dengan cara demikian tadi. Bayangkan bila seandainya tidak berjodoh. Ucapanmu diuji melalui rasa hatimu yang jelas tidak bisa berdusta.”
Seketika itu diri ini diliputi muhasabbah yang sangat dalam. Pernyataan ustadz tersebut berputar-putar di kepala. Saya menunduk. Benar, sangat benar. Rasa hati yang berat itu merupakan bukti nyata bahwa niatan menikah saya belumlah lurus karena Allah. Ustadz tersenyum. Tampak dari wajahnya, beliau sangat memahami jawaban dalam hati kami. Beliau kemudian melanjutkan, “Sebetulnya, bila niatan menikahnya benar-benar lurus, rasa berat hati apabila ternyata tidak bisa bersatu dalam pernikahan itu tidak akan ada. Hati yang lapang menerima dengan ikhlas atas apapun ketentuan-Nya bisa dengan mudah dimiliki apabila diri sudah sangat yakin bahwa apapun yang terjadi di muka bumi ini, sebenarnya merupakan ketentuan baik dari Allah. Lagipula, bila benar ternyata tidak berjodoh, berarti Allah sedang siapkan yang benar-benar terbaik menurut-Nya. Apa yang harus disedihkan?”
Saya menenggelamkan diri dalam muhasabbah yang lebih dalam lagi. Saya mengangguk lebih kencang dalam hati. Iya benar, itu benar, sangat benar. Ustadz melanjutkan kembali, “Jadi untuk menggapai pernikahan yang barakah, pertama-tama.. luruskan dulu niat menikahmu, sebab itu yang sebetulnya cukup sulit. Bila niatan sudah lurus, selebihnya insyaAllah akan dimudahkan.”
Ustadz menyampaikan kalimat demi kalimat dengan penuh ketenangan dan diwarnai senyuman yang sangat bijaksana. Sungguh, hari itu merupakan pembelajaran luar biasa. Yang awalnya mengharapkan nasihat langkah demi langkah menuju pernikahan barakah, justru dihadiahi nasihat yang sangat mendasar dan menjadi pondasi kokoh diri sebelum melangsungkan proses pernikahan.
Perjumpaan kami hari itu ditutup dengan sebuah pemaparan indah dari ustadz. “Nak.. tidak ada masalah sama sekali dengan hasil akhir yang tidak sesuai dengan harapan sekalipun, apabila dalam prosesnya kalian sama-sama menjalaninya penuh ketaatan kepada Allah disertai dengan niat yang lurus. Dan sekali lagi, niat yang lurus bisa diukur dengan bertanya pada diri sendiri perihal ikhlas atau beratkah bila ternyata tidak saling berjodoh. Yakinlah Allah pasti berikan keputusan yang terbaik bagi hamba-Nya. Jadi sebetulnya tak ada alasan bagi kita berberat hati terhadap apapun yang tak sesuai dengan harapan. Saya doakan, semoga niat lurus selalu bersemayam dalam hati kalian. Dan bila belum lurus, maka berlatihlah terus.”
Subhanallah.. sebuah perjumpaan yang sangat bermakna. Sejak saat itu, setiap hari saya melatih diri meluruskan niat saya menikah. Setiap ada sedikit  perasaan yang beranjak semakin dalam pada calon pasangan, seketika saya menarik diri dan meluruskan niat saya kembali, hanya untuk Allah, dan karena Allah. Hari demi hari saya berulang kali memaksakan diri meluruskan niat menikah yang sejujurnya tidak mudah, hingga akhirnya saya menemukan diri saya terbiasa dengan niatan menikah yang lurus, insyaAllah.
Alhamdulillah, sebuah pertemuan singkat dengan ustadz tersebut mampu mengkokohkan pondasi utama proses menikah, yaitu dalam hal pelurusan niat menikah.  Hingga akhirnya saya menyadari, tidak ada kekhawatiran sedikitpun aapabila ternyata jodoh saya bukanlah dia yang sedang berproses dengan saya. Cukuplah saya menjalankan prosesnya sesuai dengan yang Allah suka, dan hasilnya biar Allah yang tentukan, suka-suka Allah saja. Tapi bukan berarti saya tidak serius menjalankannya. Saya hanya berpegang teguh bahwa apapun yang jadi ketentuan Allah, pastilah yang terbaik. Menikah kapanpun pada waktu terbaik-Nya, dengan siapapun pilihan terbaik-Nya. Alhamdulillah, ringan sekali rasanya menjalani kehidupan dimana segala sesuatu hal digantungkan harapannya hanya kepada Allah dan hanya untuk Allah. Sebuah anugerah yang tidak semua orang bisa miliki bila ia tidak yakin kepada-Nya. Terimakasih ya Rabb, I love You more :)
http://febriantialmeera.wordpress.com/2012/11/25/luruskan-niat-menikahmu/ 

Sabtu, 31 Agustus 2013

GRATISAN apa BAYAR???

Akhir-akhir ini sering banget baca statusnya temen-temen yang lagi suibbukkk poll sama yang namanya skripsi, karya tulis ilmiah, dan seputar tentang tugas akhir kuliahnya. mulai dari yang santai sampai yang ngerasa lelah meskipun sudah hampir di ujung perjuangan.

ini hanya satu diantara berbagai cerita. Panggilah dia fulanah, muslimah yang kebetulan yang sudah pernah kenal sebelumnya, hanya saja sekarang sudah jarang berjumpa. kebetulan fulanan sedang sibuk mengerjakan skripsinya. singkat cerita, dada masalah dengan skripsinya, ya... masalahnya pada instrumen yang digunakan. entahlah detailnya seperti apa, karena instrumennya inilah yang menyebabkan pembimbingnya belum menyetujui untuk segera sidang, sedangkan yudisium sudah melambai-lambai di depan mata.

Bagi mereka yg dikejar dengan skripsi akan memunculkan pertanyaan pada diri sendiri "Nutut Nggak?". iya, cukup tidak waktunya untuk mengejar kelulusan dengan waktu yang telah ditentukan. berhari-hari dengan keyakinan, dan meskipun masih ada rasa kemustahilan, si fulanah berangkat ke kampus dengan harapan besar "ACC". saya pikir siapa yang tdk mengharapkan segera disetujui untuk segera menyelesaikan sidang ini. berbekal doa yang terus dipanjatkan, harapan kelulusan didepan mata yang tidak pernah padam, semangat yang masih berkobar meskipun terkadang akan padam karena ikhtiar tak kunjung membuahkan hasil yang diimpikan.

"Ngemper" mengutip bahasa kawan-kawan di kampus dulu, begitulah kiranya, menunggu dosen yang tak kunjung menerimanya dari pagi sampai sore hari menjelang maghrib tiba terkadang dengan rasa lapar yang tak terkira. esoknya lagi pun tetap dicoba, mencari sang pembimbing yang dicinta, terkadang revisipun bejibun jumlahnya, tak jarang malaspun menghinggapinya. Tapii... tidak, dia tak pernah mau menyisakan malas, apalagi tak mau menyapa skripsinya. Ada janji pada orang tuanya yang harus tertunaikan, begitu pula janjinya pada Allah yang telah memilihkan jurusan ini kepadanya hingga dia bisa berdiri hampir dipenghujungnya.

Dan kini hampir selangkah lagi, setelah penelitian dilakukan, instumennya bermasalah. kenapa tidak kemarin saat mengajukan proposal saja, ah entahlah saya tdk begitu tahu apa sebabnya. dalam sujud2 panjangnya, doa yg tak pernah luput dari lafadznya, tetap saja maju, melaju... mencari titik terang yang seolah hampir mustahil karena yudisium tinggal beberapa hari lagi. dan hingga suatu hari setelah penantian panjangnya, sang pembimbing yang dicintapun mengeluarkan kata sakti itu, menyetujui untuk sidang keesokan harinya. ah entahlah, inilah sekenario Allah yang luar biasa. sungguhlah benar bila Allah mengulangnya dalam Al Quran
"Inna ma'al 'usry yusro" (Al Insyiroh: 6).
BERSAMA KESULITAN ADA KEMUDAHAN.
Setelah melalui proses yang panjang, ikhtiar yang tiada henti, doa yg terus dipanjatkan, dengan ketawakalan yang luar biasa. akhirnya si fulanah pun kini telah bergelar sarjana, lulus tepat waktu tanpa harus menambah episode panjang di kampusnya. sungguh tidak ada sebuah kesuksesan yang gratisan. selalu ada yang harus dibayar, dengan ikhtiar tanpa putus asa, terus melaju dengan keyakinan, meskipun sampai lelah tubuh mengejar, meskipun air mata sampai kering, berlama2 memohon doa padaNya. meskipun bukan bentuk materi/uang, walaupun banyak pula yang harus mengeluarkan dana untuk mencapainya (yang jelas bukan dg jalan yg salah.

Tidak ada peperangan yang berakhir dengan kemenangan dengan menunggu datang dari langit bak kejatuhan durian. Al Fatih tak hanya menunggu untuk membebaskan Konstantinopelnya, Shalahudin Al Ayubi tak hanya duduk-duduk santai membebaskan Palestina. Jika semua orang tidak membayar harga untuk meraih kemenangan, mereka akan membayarnya dengan kekalahan.

Dan kalian yang mengaku pemuda masa depan bangsa, kesuksesanmu tak akan datang tiba-tiba jika hidupmu hanya bersantai-santai ria. bergegaslah, meskipun sulit melaluinya, meskipun harus berjalan dalam terjalnya bebatuan, diiringi jurang-jurang curam, seakan kemudahan atau keberhasilan adalah suatu kemustahilan. tetaplah berjalan, tetaplah tatap masa depan. jangan hentikan ikhtiar, apalagi doa senjata kaum beriman. karena sungguh tiap-tiap keberhasilan itu tak pernah mudah, karena sungguh
tiap-tiap KEMENANGAN itu ada HARGA yang HARUS DIBAYAR.

*) sekaligus teguran untuk diri sendiri

Blitar, Penghujung Agustus 2013
Pejuang Syahidah

Imajinasi dan Kreativitas

Alkisah lagi diem-diem nyantai di rumah sore-sore tanpa sengaja dengerin anak-anak kecil yang lagi main habis pulang ngaji di masjid dekat rumah di gang sebelah. kebanyakan masih usia-usia pra sekolah

A: Ayo kita main di rumah situ (sambil nunjuk rumah yg punya halaman luas, yang ditinggal pemiliknya agak lama)
B: Ayo mas, tapi di situ apa ada orangnya? kosong ta mas?
A: iya kosong tapi gak papa kok, ayo main di situ, gak papa seru kok
B: sepi mas, serem. takut aku mas, katanya itu ada penunggunya kalo kosong
A: ndak kok, ndak serem, disitu banyak binatangnya lho
B: lho iya ta mas? ada apa aja mas di sana?
A: ada singanya, ada jerapah juga, aku udah pernah masuk ke sana kok, ayo ke sana (wajah seriusssss)
B: ada jerapahnya? ada lumba-lumbanya juga mas?
A: ada, ada buanyak kok binatang di sana
B: ayo deh...

senyum-senyum sendiri mendengar percakapan mereka. sejak kapan ya, rumah isinya singa, jerapah, lumba-lumba beserta bala tentaranya. aduuuh-aduuuhhh... eh tapi jangan salah dari peristiwa sederhana itu ternyata banyak ilmunya lho, meskipun aneh kelihatannya ternyata imajinasi itu menyimpan harta karun yang berharga. mau tauuuuuuu??????? mari ke TKP :P

Ternyata pemirsa, imajinasi itu berhubungan dengan daya kreativitas anak lho. Ada banyak sekali perilaku anak yang dianggap “aneh” oleh orang dewasa, yang sebenarnya wajar karena perbedaan pola perilaku antara orang dewasa dengan anak. Kalau orang dewasa cenderung berperilaku berdasarkan apa yg diketahuinya, sedangkan ana-anak berperilaku lebih berdasarkan imajinasinya.

Terus apa hubungannya sama kreativitas? Eng Ing Eng....
Ternyataaa saudara-saudari... Anak kreatif memiliki daya khayal atau imajinasi, yang ia aplikasikan dalam kegiatannya sehari-hari. Ia menyukai imajinasi dan sering bermain peran imajinasi. seperti cerita singkat di atas, membayangkan di dalam rumah kosong itu berisi beraneka macam binatang :D
atau mungkin cerita lain ada yg pernah ke bulan, ngomong sendiri, ketemu monster dan sebagainya. ini merupakan kelumrahan dari usianya. pada usia anak-anak yang belum banyak mengenal kosa kata akan memvisualisasikan apa yang ia lihat dan pikirkan dalam bentuk gambar dalam pikiran mereka. inilah yang disebut dengan imajinasi visual, imajinasi yang berbentuk gambar-gambar dalam mata pikiran manusia dan diproses oleh otak kanan.




“Anak-anak adalah makhluk yang terbiasa berpikir dengan menggunakan imaji. Mereka melakukan hal tersebut jauh sebelum mereka memiliki kemampuan bahasa” (I.Robertson,2009:20). 
Bersamaan dengan bertambahnya usia maka perkembangan imajinasinya pun berubah. pada orang dewasa imajinasinya berupa verbal, imajinasi yang terbentuk oleh kata-kata dalam pikiran manusia dan diproses di dalam otak kiri.. Orang dewasa yang telah mengetahui banyak kosa kata cenderung lebih menggunakan kata-kata dalam berimajinasi, sehingga banyak orang dewasa yang justru mengalami ketumpulan dalam berimajinasi dengan gambar. Namun tak sedikit pula yang imajinasi visualnya tetap tajam dan berkembang baik. Remaja misalnya imajinasinya berupa fiksi ilmiah, mereka sudah cukup mampu mengembangkan imajinasinya dalam bentuk-bentuk keilmuan, seperti menulis cerpen atau naskah drama, menciptakan lirik lagu, bermusik dengan genre tertentu, dan lain-lain.

Berawal dari daya imajinasi inilah kelak nantinya membantu si kecil untuk semakin kreatif menyelesaikan masalah, berkhayal untuk menghasilkan sesuatu yang berdaya guna tinggi. dari imajinasi inilah akan memunculkan ide-ide kreatif yang mungkin selama ini hanya terpendam dalam tanpa ada upaya lebih lanjut untuk menggalinya.

“Untuk mengajukan berbagai pertanyaan baru, kemungkinan baru, untuk menilai masalah lama dari sudut pandang baru, dibutuhkan daya khayal kreatif. Daya khayal kreatif menjadikan ilmu pengetahuan maju pesat.” (Albert Einstein)

Jadi bersyukurlah mereka bila si kecil sudah menunjukkan daya imajinasinya yang lucu, karena kelak dia akan menjadi cendekiawan yang luar biasa. dan buat anda yang sudah dewasa pun, bersyukurlah bila memiliki daya imajinasi, karena dengan begitu anda akan memunculkan ide2 seru yang beribu2 manfaat dalam kehidupan anda, dan kita semua.