Selasa, 19 Mei 2015

Karena Cinta butuh Keberanian



Mencintai Biostatistika adalah sebuah ikhtiar besar, perlu keberanian. Setidaknya itulah yang saya rasakan. Sejujurnya saya bukan orang yang cukup pandai dengan materi Statistika. Nilai ujian SMA BAB Statistika di Matpel Matematika saya pun ngepress batas nilai minimum. Tak ada yang istimewa. Tapi entahlah setahun terakhir, hingga sekarang seolah Biostatistika menjad candu bagi saya. Saya mulai mencintainya dengan segala keberanian dan keterbatasan yang saya miliki. Kisah ini bermula saat saya akan menentukan topik Skripsi. Di fakultas dimana saya melanjutkan jenjang Sarjana terbagi menjadi beberapa peminatan Departemen. Di FKM UA terdapat 7 Departemen diantaranya Biostatistika dan Kependudukan, AKK, Kesehatan Lingkungan, Gizi, K3, Epidemiologi, dan Promkes. Kebetulan saya tertarik untuk masuk ke Biostatistika dan Kependudukan. Kenapa departemen ini yang saya pilih, karena bekal saya dari D3 lebih banyak tentang KIA, dan di Departemen ini diulas lebih dalam.

Saya sempat gonta ganti topic untuk menentukan judul skripsi saya, bonek berangkat ke Gresik untuk mencari Puskesmas dengan kriteria yang saya harapkan, tapi setelah tahu jarak Surabaya-Gresik bisa bikin fisik saya kelelahan kalau setiap hari PP. H-4 sebelum ujian proposal (karena waktu itu seminar proposal sekaligus masuk dalam mata kuliah praktikum metodologi penelitian, jadi sempro dilakukan satu kali waktu itu saja) saya baru menemukan topic yang ingin saya pakai. Saya sudah tahu siapa pembimbing saya sebelumnya, tapi memang tidak diwajibkan untuk konsul dulu sebelum seminar. Biasanya kalau sudah semester 8 baru lah konsul dengan pembimbing skripsi. Entah apa yang saya pikirkan, saat saya menemukan satu jurnal tentang biostatistika yang membahas Angka Kematian Ibu dengan analisis spasial. Saya tertarik dengan judulnya, dari analisisnya kelihatannya juga tidak tidak terlalu rumit. Jadilah saya menggunakan topic analisis spasial dengan objek penelitian AKB (Angka Kematian Bayi). Saat itu saya ragu apakah topic ini cukup membuat dosen penguji saya nanti terkesan atau justru saya akan ditanya habis-habisan karena terus terang saya tidak tahu banyak tentang topic yang saya ambil. Yang saya lakukan setelah ikhtiar yang maksimal, sekaligus doa yang tiada henti, adalah tawakal. Biar Allah yang member keputusannya yang terbaik untuk saya. Sebelum maju presentasi proposal saya, saya sempatkan untuk menghubungi Ibu Bapak di Blitar. Dan Alhamdulillah, penguji saya bilang kalau topic saya menarik masih belum banyak diteliti di FKM.

Tekad saya kuat untuk melanjutkan penelitian ini. Sekalipun saya harus beruusaha keras belajar darii awal tentang biostatistika. Perlu diketahui bahwa D3 saya tidak banyak membahasnya, saya dari kebidanan, sehingga saya harus benar-benar serius dalam belajar. Saat saya mengajukan topic ke pembimbing, kebetulan pembimbing saya adalah Professor di Departemen Biostatistika dan Kependudukan, beliau terkesan dengan judul saya, tidak lebih dari 3 kali konsultasi, beliau meminta saya lakukan penelitian. Dan disinilah cinta itu bermula

saya butuh software untuk menjalankan analisis saya, Alhamdulillah bisa download secara gratis, tapiiiii tidak bisa dibuka. Berulang kali dicoba didownload ulang tetap tidak bisa. Dan barulah saya kepikiran meminta bantuan ke saudara saya yang kebetulan waktu itu ada yang di Jepang. Biasanya kalau saya ada kesulitan saya minta tolong beliau, siapa tahu bisa membantu. Dan benar setelah saya minta tolong pada beliau, ternyata ada satu bagian file yg belum terdownload sehingga programnya tidak bisa dijalankan. Dan sekarang programnya sudah terdownload secara lengkap. ALHAMDULILLAH

Apakah masalah sudah tidak ada? Jelas masih berlanjut, sekarang masalahnya ada di bagian bagaimana caranya menjalankan aplikasinya, ada tutorialnya tapi tak cukup membantu. Ya gini ini kalo bahasa inggrisnya nggak pinter-pinter banget :’( . sebenarnya gak terlalu sulit bahasanya Cuma gak terlalu  bisa memahaminya… saya othak athik hasilnya nggak karuan, belum lagi ini gimana caranya mindah jadi peta-peta cantik warna warni ya… Alhamdulillah saya menenmukan jurnal yang cukup membantu, sayangnya belum membantu memindahkan ke dalam bentuk peta.

Berangkatlah saya menemui Profesor, biasanya jam-jam istirahat justru mudah ditemui. Saya sampaikan kesulitan saya saat mengerjakan skripsi ini, bagi Profesor materi saya ini blm begitu dipahami akan tetapi paham bagaimana maksudnya. Dipanggilah dosen-dosen yang ada disebelah untuk mengajari saya mengerjakan skripsi. Dan jawabnya adalah belum pernah nyoba pakai software yang dimaksud. Saya sudah mulai resah dengan skripsi saya ini. Profesor sampai harus memundurkan jadwal mengajar kuliah S2 karena saya. Saya terharu waktu itu. Profesor ingat dulu ada bimbingan S2nya yang sama-sama menggunakan uji ini hanya softwarenya berbeda, dan sekarang tidak punya nonya. Dan akhirnya beliau telpon salah satu dosen di ITS. Profesor bertanya bagaimana upaya penyelesaian skripsi saya ini. Dan ALHAMDULILLAH, pertolongan Allah itu cepat dan tepat. Ternyata akhir minggu ini ada pelatihan di ITS jurusan Statistika salah satunya dengan uji yang saya gunakan, dan saya direkomendasikan untuk mengikutinya. Lemaslah rasanya, Allah… Takjub, dan benar bahwa Pertolongan ALLAH itu Cepat dan Tepat.
Bersama Kesulitan Ada Kemudahan (Al Insyirah: 6)
Dalam 1 Kesulitan itu ada 2 Kemudahan
Melangkahlah kaki ke Statistika ITS. Deg…. Saat mengisi presensi, saya cukup kaget, bahkan minder. Kenapa saya minder, nanti akan ada di cerita selanjutnya. Yang saya tahu professor saya mengisi di pelatihan ini di materi pertama, materi pembuka. Kurang lebih penjelasannya adalah tentang biostatistika secara umum, hampir sama dengan apa yang saya dapatkan di kampus.  Diakhir materi saya pikir beliau tidak akan berkata apa-apa, tapi ada yang membuat saya kaget. “Mahasiswa saya ada yang ikut pelatihan hari ini, Mahasiswa bimbingan saya, dimana ya” begitu kata professor. Ada satu mbak-mbak yang mengacungkan tangan tapi kemudian professor bilang “Bukan kamu yang saya maksud mahasiswa S1”. Ishhhh….. saya yang berencana menutupi identitas saya karena di dalam sana isinya orang-orang S2, S3 bahkan juga dosen dari luar pulau jadi ketahuan. Karena jujur ini yang bikin saya minder, takut tidak bisa mengikuti jalannya pelatihan waktu itu. Saya akhirnya mengacungkan tangan, “Iya, kamu mahasiswa saya…  ini mahasiswa S1 saya, kebetulan ambil uji analisis spasial yang akan di bahas di sini. ikuti pelatihan ini baik-baik ya, diselesaikan saja sekalian analisisnya di sini”. Fiuhh… Profesor saya memang professor luar biasa, sangat perhatian dengan mahasiswanya. Terima kasih Prof.
Alhamdulillah, Allah berikan kemudahan untuk memahami setiap materi yang diberikan. Saya cukup senang dengan hal-hal baru. Akan tetapi meskipun saya tertarik dengan hal-hal baru masih ada beberapa istilah yang belum saya pahami. Bersyukur saya bisa berkenalan dengan salah satu peserta, namanya mbak Arifah. Mbak Arifah baik banget orangnya, kalau kurang paham biasanya mbak arifah yang telaten ngajari. Alhamdulillah masalah saya sekarang sudah terjawab penyelesaiannya.
Usai pelatihan, usai menyelesaikan analisis, baru saya menghadap kembali ke Profesor. Bukannya saya konsultasi, tapi saya diminta untuk mengajari bagaimana analisis itu bisa dijalankan. Hehe… kapan lagi mahasiswa ngajari professor ya hehe… bukan itu maksudnya, canggung benar saya menjelaskannya. Ada pesan yang disampaikan sebelum berakhir waktu itu, “Jangan dilepaskan ya ilmunya ini, dikembangkan, lanjutkan S2 setelah ini ya”.
“Insya Allah Prof, jujur prof saya sempat minder kemarin karena isinya kebanyakan S2 dan S3, dan saya masih mau menyelesaikan S1.” Begitu jawab saya.
“ Lho ngapain minder, gak usah minder. Siapa tahu nanti bisa sampai S3. Sudah lanjutkan saja kuliahnya. Saya yakin kamu bisa, kamu bisa jadi dosen setelah ini, sukses ya” jawab professor dengan pesan yang begitu meyakinkan saya. Dan dari peristiwa-peristiwa itulah akhirnya cinta itu makin bersemi. Saya mungkin baru akan masuk jenjang S2, karena sekarang masih masa penantian menunggu jadwal kuliah. Saya mungkin masih anak baru di dunia Biostatistika. Tapi saya berharap kelak apa yang saya dapatkan adalah ilmu yang barokah. Ilmu yang manfaat yang menjadi sebab beratnya timbangan amal di akhirat. Doakan saya bisa menyelesaikan sekolah saya tepat waktu, dan semoga bisa lebih cepat dari seharusnya. Doakan saya tidak malas, Doakan saya untuk tetap bisa menjaga iffah dan izzah dimanapun saya berada. Doakan saya jauh dari kata sombong. Doakan saya jadi wanita sholihah ya… ;-)

Griya Anisa, 20 Mei 2015
Pejuang Syahidah

0 komentar:

Posting Komentar