Selasa, 11 Oktober 2011

Menjaga Ukhuwah tanpa Cacian dan Ghibah

Bismillahirrahmirrahim

Subhanallah, nahmaduhu wa nastaghfiruhu, Ash- sholatu wassalamu ‘ala rasuluhu, Muhammad SAW.
Mengawali tulisan ini dengan merangkai basmalah dan istighfar, semoga Allah menjaga untaian kata ini dari berbagai fitnah, dan menjadikannya semata untuk perbaikan dakwah. Sebab, pada Allah lah semuanya bermuara. Nur-Nya lah yang akan mampu menunjuki kita pada perbaikan kualitas dalam mengemban amanah mewarisi misi para Nabi ini, Insya Allah.

Mari berbicara cinta, cinta yang berbanding lurus dengan iman kita, iya dialah ukhuwah. Buah dari keimanan kita. Kita mungkin tidak sedang dan selalu bersama sekarang, medan juangnya pun tak serupa. Tapi sesungguhnya, kita sedang menuju arah yang sama, menuju tujuan dan akhir yang sama. Allahu Ghayatuna. Bagaikan SEL, yang menjadi inti dari kehidupan, yang bekerjasama membentuk jaringan, yang bergerak dinamis menyusun organ, yang saling terkait menjadi SISTEM ORGAN, yang merapatkan barisan menghimpun diri menjadi satu kesatuan, menjadi TUBUH yang UTUH.

Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah ikhwah (bersaudara);
karena itu, damaikanlah antara kedua saudaramu.

(Qs al-Hujurat/49:10)

Sungguh indah. . Ketika persaudaraan, persahabatan ini disatukan karena 1 hal yaitu Islam. Ianya bersatu bukan atas dasar kepentingan tertentu saja, sesekali muncul sesekali menghilang, sepanjang kepentingan itu bermunculan. Selepas kepentingan usai, usailah sudah, kadang terlupakan atau melupakan. Atau terkadang hadirlah cacian-caciann. Ianya hadir bukan permainan, yang bisa ditinggalkan ketika kamu merasa bosan?

Indah sekali apa yang pernah Rasulullah ibaratkan tentang seorang sahabat yang beliau umpamakan dengan penjual minyak wangi dan pandai besi. Jika berteman dengan penjual minyak wangi, minimal akan mendapat dan mencium wanginya. Berteman dengan seorang pandai besi, bisa-bisa percikan apinya mengenai tubuh dan juga kedapatan bau busuknya. Sungguh beruntung seseorang yang mendapatkan sahabat sejati, yang memuji dibelakangnya dan mengoreksi didepannya.

Teringat sebuah kisah, ketika Urwah bin Zubair datang ke kebun mulik Abdul Malik bin Marwan seorang sahabat karibnya. Urwah berkata kepada Abdul Malik, “Alangkah indahnya kebun ini.” Lalu Abdul Malik menimpalinya, “Engkau lebih indah dari kebun ini. Kebun ini berbuah hanya sekali dalam setahun. Sedangkan hikmahmu berbuah setiap hari.”

Subhanallah, alangkah indahnya sebuah persahabatan jika di dalamnya terdapat saling menasihati tentang iman, pentingnya mengingat mati, kepastian hari akhir dan segala hal tentang kebenaran hakiki termasuk segala kebaikan. Diri terasa dihibur dan juga digentarkan. Dihibur dengan cerita mengenai ganjaran kebaikan berupa surga, dan digentarkan oleh cerita dahsyatnya siksa neraka.

Persaudaraan adalah mu’jizat, wadah yang saling berikatan, dengannya Allah persatukan hati-hati yang berserakan, saling bersaudara, saing merendah lagi memahami, saling mencintai, dan saling berlumbut hati
(sayyid Quthb)

Alangkah indahnya seorang sahabat, yang ketika kita berbuat salah ia menegur dan menasihati, bukan karena rasa benci, namun karena begitu cintanya ia terhadap kita sehingga tak bosan-bosannya mengingatkan akan sebuah kebenaran. Namun seringkali kita terlupa, termakan oleh egoisme diri, merasa lebih baik, lebih banyak makan asam garam, sehingga menafikan sebuah kebenaran yang sebenarnya datang dari Allah Swt dan Rasul-Nya lewat lidahnya. Alangkah indahnya seorang sahabat yang mau ikut menangis bersama, ketika melihat sahabat lainnya jatuh dalam kubangan nista dan dosa, merasa kasihan, bukan kebencian hingga bergetar bibir menahan tangis dan kesedihan, terluka jiwa yang fitrah oleh tajamnya belati hawa nafsu.

Seindah doa Rabithah yang tak akan pernah terputus membersamai perjuangan ini. Kita jaga cinta kita, ukhuwah kita, tanpa cacian, makian, ghibah, namimah yang mampu merusak ikatannya. Tiadalah harapan ukhuwah indah ini selain ukhuwah yang barokah, indah nikmat dunia, dan berharap indah samapi pertemuan kita di surga... Aamiin.


0 komentar:

Posting Komentar