Mencintai Biostatistika adalah sebuah ikhtiar besar, perlu
keberanian. Setidaknya itulah yang saya rasakan. Sejujurnya saya bukan orang
yang cukup pandai dengan materi Statistika. Nilai ujian SMA BAB Statistika di
Matpel Matematika saya pun ngepress batas nilai minimum. Tak ada yang istimewa.
Tapi entahlah setahun terakhir, hingga sekarang seolah Biostatistika menjad
candu bagi saya. Saya mulai mencintainya dengan segala keberanian dan
keterbatasan yang saya miliki. Kisah ini bermula saat saya akan menentukan topik
Skripsi. Di fakultas dimana saya melanjutkan jenjang Sarjana terbagi
menjadi beberapa peminatan Departemen. Di FKM UA terdapat 7 Departemen
diantaranya Biostatistika dan Kependudukan, AKK, Kesehatan Lingkungan, Gizi,
K3, Epidemiologi, dan Promkes. Kebetulan saya tertarik untuk masuk ke
Biostatistika dan Kependudukan. Kenapa departemen ini yang saya pilih, karena
bekal saya dari D3 lebih banyak tentang KIA, dan di Departemen ini diulas lebih
dalam.
Saya sempat gonta ganti topic untuk menentukan judul skripsi
saya, bonek berangkat ke Gresik untuk mencari Puskesmas dengan kriteria yang
saya harapkan, tapi setelah tahu jarak Surabaya-Gresik bisa bikin fisik saya kelelahan
kalau setiap hari PP. H-4 sebelum ujian proposal (karena waktu itu seminar
proposal sekaligus masuk dalam mata kuliah praktikum metodologi penelitian,
jadi sempro dilakukan satu kali waktu itu saja) saya baru menemukan topic yang
ingin saya pakai. Saya sudah tahu siapa pembimbing saya sebelumnya, tapi memang
tidak diwajibkan untuk konsul dulu sebelum seminar. Biasanya kalau sudah
semester 8 baru lah konsul dengan pembimbing skripsi. Entah apa yang saya
pikirkan, saat saya menemukan satu jurnal tentang biostatistika yang membahas
Angka Kematian Ibu dengan analisis spasial. Saya tertarik dengan judulnya, dari
analisisnya kelihatannya juga tidak tidak terlalu rumit. Jadilah saya
menggunakan topic analisis spasial dengan objek penelitian AKB (Angka Kematian
Bayi). Saat itu saya ragu apakah topic ini cukup membuat dosen penguji saya
nanti terkesan atau justru saya akan ditanya habis-habisan karena terus terang
saya tidak tahu banyak tentang topic yang saya ambil. Yang saya lakukan setelah
ikhtiar yang maksimal, sekaligus doa yang tiada henti, adalah tawakal. Biar Allah
yang member keputusannya yang terbaik untuk saya. Sebelum maju presentasi
proposal saya, saya sempatkan untuk menghubungi Ibu Bapak di Blitar. Dan Alhamdulillah,
penguji saya bilang kalau topic saya menarik masih belum banyak diteliti di
FKM.
Tekad saya kuat untuk melanjutkan penelitian ini. Sekalipun saya
harus beruusaha keras belajar darii awal tentang biostatistika. Perlu diketahui
bahwa D3 saya tidak banyak membahasnya, saya dari kebidanan, sehingga saya
harus benar-benar serius dalam belajar. Saat saya mengajukan topic ke
pembimbing, kebetulan pembimbing saya adalah Professor di Departemen Biostatistika
dan Kependudukan, beliau terkesan dengan judul saya, tidak lebih dari 3 kali
konsultasi, beliau meminta saya lakukan penelitian. Dan disinilah cinta itu
bermula
saya butuh software untuk menjalankan analisis saya,
Alhamdulillah bisa download secara gratis, tapiiiii tidak bisa dibuka. Berulang
kali dicoba didownload ulang tetap tidak bisa. Dan barulah saya kepikiran
meminta bantuan ke saudara saya yang kebetulan waktu itu ada yang di Jepang. Biasanya
kalau saya ada kesulitan saya minta tolong beliau, siapa tahu bisa membantu. Dan
benar setelah saya minta tolong pada beliau, ternyata ada satu bagian file yg
belum terdownload sehingga programnya tidak bisa dijalankan. Dan sekarang
programnya sudah terdownload secara lengkap. ALHAMDULILLAH
Apakah masalah sudah tidak ada? Jelas masih berlanjut,
sekarang masalahnya ada di bagian bagaimana caranya menjalankan aplikasinya,
ada tutorialnya tapi tak cukup membantu. Ya gini ini kalo bahasa inggrisnya
nggak pinter-pinter banget :’( . sebenarnya gak terlalu sulit bahasanya Cuma gak
terlalu bisa memahaminya… saya othak
athik hasilnya nggak karuan, belum lagi ini gimana caranya mindah jadi
peta-peta cantik warna warni ya… Alhamdulillah saya menenmukan jurnal yang
cukup membantu, sayangnya belum membantu memindahkan ke dalam bentuk peta.
Berangkatlah saya menemui Profesor, biasanya jam-jam
istirahat justru mudah ditemui. Saya sampaikan kesulitan saya saat mengerjakan
skripsi ini, bagi Profesor materi saya ini blm begitu dipahami akan tetapi
paham bagaimana maksudnya. Dipanggilah dosen-dosen yang ada disebelah untuk
mengajari saya mengerjakan skripsi. Dan jawabnya adalah belum pernah nyoba
pakai software yang dimaksud. Saya sudah mulai resah dengan skripsi saya ini.
Profesor sampai harus memundurkan jadwal mengajar kuliah S2 karena saya. Saya terharu
waktu itu. Profesor ingat dulu ada bimbingan S2nya yang sama-sama menggunakan
uji ini hanya softwarenya berbeda, dan sekarang tidak punya nonya. Dan akhirnya
beliau telpon salah satu dosen di ITS. Profesor bertanya bagaimana upaya
penyelesaian skripsi saya ini. Dan ALHAMDULILLAH, pertolongan Allah itu cepat
dan tepat. Ternyata akhir minggu ini ada pelatihan di ITS jurusan Statistika
salah satunya dengan uji yang saya gunakan, dan saya direkomendasikan untuk
mengikutinya. Lemaslah rasanya, Allah… Takjub, dan benar bahwa Pertolongan
ALLAH itu Cepat dan Tepat.
Bersama Kesulitan Ada Kemudahan (Al Insyirah: 6)
Dalam 1 Kesulitan itu ada 2 Kemudahan
Melangkahlah kaki ke Statistika ITS. Deg…. Saat mengisi
presensi, saya cukup kaget, bahkan minder. Kenapa saya minder, nanti akan ada
di cerita selanjutnya. Yang saya tahu professor saya mengisi di pelatihan ini
di materi pertama, materi pembuka. Kurang lebih penjelasannya adalah tentang
biostatistika secara umum, hampir sama dengan apa yang saya dapatkan di kampus.
Diakhir materi saya pikir beliau tidak
akan berkata apa-apa, tapi ada yang membuat saya kaget. “Mahasiswa saya ada
yang ikut pelatihan hari ini, Mahasiswa bimbingan saya, dimana ya” begitu kata
professor. Ada satu mbak-mbak yang mengacungkan tangan tapi kemudian professor
bilang “Bukan kamu yang saya maksud mahasiswa S1”. Ishhhh….. saya yang
berencana menutupi identitas saya karena di dalam sana isinya orang-orang S2,
S3 bahkan juga dosen dari luar pulau jadi ketahuan. Karena jujur ini yang bikin
saya minder, takut tidak bisa mengikuti jalannya pelatihan waktu itu. Saya akhirnya
mengacungkan tangan, “Iya, kamu mahasiswa saya… ini mahasiswa S1 saya, kebetulan ambil uji
analisis spasial yang akan di bahas di sini. ikuti pelatihan ini baik-baik ya,
diselesaikan saja sekalian analisisnya di sini”. Fiuhh… Profesor saya memang professor
luar biasa, sangat perhatian dengan mahasiswanya. Terima kasih Prof.
Alhamdulillah, Allah berikan kemudahan untuk memahami setiap
materi yang diberikan. Saya cukup senang dengan hal-hal baru. Akan tetapi
meskipun saya tertarik dengan hal-hal baru masih ada beberapa istilah yang
belum saya pahami. Bersyukur saya bisa berkenalan dengan salah satu peserta,
namanya mbak Arifah. Mbak Arifah baik banget orangnya, kalau kurang paham
biasanya mbak arifah yang telaten ngajari. Alhamdulillah masalah saya sekarang
sudah terjawab penyelesaiannya.
Usai pelatihan, usai menyelesaikan analisis, baru saya
menghadap kembali ke Profesor. Bukannya saya konsultasi, tapi saya diminta
untuk mengajari bagaimana analisis itu bisa dijalankan. Hehe… kapan lagi
mahasiswa ngajari professor ya hehe… bukan itu maksudnya, canggung benar saya
menjelaskannya. Ada pesan yang disampaikan sebelum berakhir waktu itu, “Jangan
dilepaskan ya ilmunya ini, dikembangkan, lanjutkan S2 setelah ini ya”.
“Insya Allah Prof, jujur prof saya sempat minder kemarin
karena isinya kebanyakan S2 dan S3, dan saya masih mau menyelesaikan S1.” Begitu
jawab saya.
“ Lho ngapain minder, gak usah minder. Siapa tahu nanti bisa
sampai S3. Sudah lanjutkan saja kuliahnya. Saya yakin kamu bisa, kamu bisa jadi
dosen setelah ini, sukses ya” jawab professor dengan pesan yang begitu
meyakinkan saya. Dan dari peristiwa-peristiwa itulah akhirnya cinta itu makin
bersemi. Saya mungkin baru akan masuk jenjang S2, karena sekarang masih masa
penantian menunggu jadwal kuliah. Saya mungkin masih anak baru di dunia
Biostatistika. Tapi saya berharap kelak apa yang saya dapatkan adalah ilmu yang
barokah. Ilmu yang manfaat yang menjadi sebab beratnya timbangan amal di
akhirat. Doakan saya bisa menyelesaikan sekolah saya tepat waktu, dan semoga
bisa lebih cepat dari seharusnya. Doakan saya tidak malas, Doakan saya untuk
tetap bisa menjaga iffah dan izzah dimanapun saya berada. Doakan saya jauh dari
kata sombong. Doakan saya jadi wanita sholihah ya… ;-)
Griya Anisa, 20 Mei 2015
Pejuang Syahidah