Kamis, 25 Juni 2015

Khutbah Nikah oleh Muhammad Anis Matta


Islamedia.co -  Kita seringkali menganggap pernikahan itu adalah peristiwa hati. Padahal sesungguhnya pernikahan adalah peristiwa peradaban.

Ini bukan cuma tentang 2 manusia yg saling mencinta lalu mengucap akad. Tetapi bahkan ini merupakan peristiwa peradaban yg mengubah demografi manusia

Pernikahan adalah sayap kehidupan. Rumah adalah benteng jiwa. Jika di rumah kita mendapat energi memadai, di luar rumah kita akan produktif

'Sakinah' bukan cuma 'tenang'. Ia berasal dari kata 'sakan' yang artinya 'diam/tetap/stabil'. Maka ia menjadikan tenang karena stabil, bukan tenang yang melalaikan

Sakinah adalah perasaan tenang yang lahir dari kemantapan hati. Manusia menjadi tenang saat kebutuhan-kebutuhannya terpenuhi secara komprehensif

Al Quran menjelaskan: 'Kami jadikan air sebagai sumber kehidupannya'. Air (mani) merupakan: sumber (simbol) stabilitas (psikis saat diatur volumenya dalam tubuh) dan produktifitas (kualitas semangat & kuantitas keturunan)

Hakikat pernikahan tidak bisa dipelajari dari manapun. Learning by doing. Islam mengarahkan menikah muda agar rasa penasaran itu cepat terjawab.

Agar setelah 'rasa penasaran' itu terjawab, perhatian seseorang bisa lebih banyak tercurah dari urusan biologis ke intelektualitas-spiritualitas.

Tidak perlu takut terhadap beban hidup, yang perlu dilakukan hanya mengelolanya. Sebab pelaut ulung pun lahir setelah melewati gelombang-gelombang samudera

Yang bisa membuat kita melewati gelombang itu adalah persepsi awal yang benar tentang cinta. Yaitu cinta sebagai dorongan untuk terus memberi pada yang kita cintai

Hubungan yang terbina dari sini bukan hanya hubungan emosional, tapi juga spiritual-rasional. Karna keluarga ini adalah basis sosial terkecil untuk membangun peradaban.



Khutbah Nikah oleh Presiden PKS Ustadz Muhammad Anis Matta Saat Pernikahan putra Ketua DPW PKS Jawa Barat Ustadz Tate Qomaruddin, Yasir di Pusdai Bandung (23/1/2015)

Selasa, 19 Mei 2015

Karena Cinta butuh Keberanian



Mencintai Biostatistika adalah sebuah ikhtiar besar, perlu keberanian. Setidaknya itulah yang saya rasakan. Sejujurnya saya bukan orang yang cukup pandai dengan materi Statistika. Nilai ujian SMA BAB Statistika di Matpel Matematika saya pun ngepress batas nilai minimum. Tak ada yang istimewa. Tapi entahlah setahun terakhir, hingga sekarang seolah Biostatistika menjad candu bagi saya. Saya mulai mencintainya dengan segala keberanian dan keterbatasan yang saya miliki. Kisah ini bermula saat saya akan menentukan topik Skripsi. Di fakultas dimana saya melanjutkan jenjang Sarjana terbagi menjadi beberapa peminatan Departemen. Di FKM UA terdapat 7 Departemen diantaranya Biostatistika dan Kependudukan, AKK, Kesehatan Lingkungan, Gizi, K3, Epidemiologi, dan Promkes. Kebetulan saya tertarik untuk masuk ke Biostatistika dan Kependudukan. Kenapa departemen ini yang saya pilih, karena bekal saya dari D3 lebih banyak tentang KIA, dan di Departemen ini diulas lebih dalam.

Saya sempat gonta ganti topic untuk menentukan judul skripsi saya, bonek berangkat ke Gresik untuk mencari Puskesmas dengan kriteria yang saya harapkan, tapi setelah tahu jarak Surabaya-Gresik bisa bikin fisik saya kelelahan kalau setiap hari PP. H-4 sebelum ujian proposal (karena waktu itu seminar proposal sekaligus masuk dalam mata kuliah praktikum metodologi penelitian, jadi sempro dilakukan satu kali waktu itu saja) saya baru menemukan topic yang ingin saya pakai. Saya sudah tahu siapa pembimbing saya sebelumnya, tapi memang tidak diwajibkan untuk konsul dulu sebelum seminar. Biasanya kalau sudah semester 8 baru lah konsul dengan pembimbing skripsi. Entah apa yang saya pikirkan, saat saya menemukan satu jurnal tentang biostatistika yang membahas Angka Kematian Ibu dengan analisis spasial. Saya tertarik dengan judulnya, dari analisisnya kelihatannya juga tidak tidak terlalu rumit. Jadilah saya menggunakan topic analisis spasial dengan objek penelitian AKB (Angka Kematian Bayi). Saat itu saya ragu apakah topic ini cukup membuat dosen penguji saya nanti terkesan atau justru saya akan ditanya habis-habisan karena terus terang saya tidak tahu banyak tentang topic yang saya ambil. Yang saya lakukan setelah ikhtiar yang maksimal, sekaligus doa yang tiada henti, adalah tawakal. Biar Allah yang member keputusannya yang terbaik untuk saya. Sebelum maju presentasi proposal saya, saya sempatkan untuk menghubungi Ibu Bapak di Blitar. Dan Alhamdulillah, penguji saya bilang kalau topic saya menarik masih belum banyak diteliti di FKM.

Tekad saya kuat untuk melanjutkan penelitian ini. Sekalipun saya harus beruusaha keras belajar darii awal tentang biostatistika. Perlu diketahui bahwa D3 saya tidak banyak membahasnya, saya dari kebidanan, sehingga saya harus benar-benar serius dalam belajar. Saat saya mengajukan topic ke pembimbing, kebetulan pembimbing saya adalah Professor di Departemen Biostatistika dan Kependudukan, beliau terkesan dengan judul saya, tidak lebih dari 3 kali konsultasi, beliau meminta saya lakukan penelitian. Dan disinilah cinta itu bermula

saya butuh software untuk menjalankan analisis saya, Alhamdulillah bisa download secara gratis, tapiiiii tidak bisa dibuka. Berulang kali dicoba didownload ulang tetap tidak bisa. Dan barulah saya kepikiran meminta bantuan ke saudara saya yang kebetulan waktu itu ada yang di Jepang. Biasanya kalau saya ada kesulitan saya minta tolong beliau, siapa tahu bisa membantu. Dan benar setelah saya minta tolong pada beliau, ternyata ada satu bagian file yg belum terdownload sehingga programnya tidak bisa dijalankan. Dan sekarang programnya sudah terdownload secara lengkap. ALHAMDULILLAH

Apakah masalah sudah tidak ada? Jelas masih berlanjut, sekarang masalahnya ada di bagian bagaimana caranya menjalankan aplikasinya, ada tutorialnya tapi tak cukup membantu. Ya gini ini kalo bahasa inggrisnya nggak pinter-pinter banget :’( . sebenarnya gak terlalu sulit bahasanya Cuma gak terlalu  bisa memahaminya… saya othak athik hasilnya nggak karuan, belum lagi ini gimana caranya mindah jadi peta-peta cantik warna warni ya… Alhamdulillah saya menenmukan jurnal yang cukup membantu, sayangnya belum membantu memindahkan ke dalam bentuk peta.

Berangkatlah saya menemui Profesor, biasanya jam-jam istirahat justru mudah ditemui. Saya sampaikan kesulitan saya saat mengerjakan skripsi ini, bagi Profesor materi saya ini blm begitu dipahami akan tetapi paham bagaimana maksudnya. Dipanggilah dosen-dosen yang ada disebelah untuk mengajari saya mengerjakan skripsi. Dan jawabnya adalah belum pernah nyoba pakai software yang dimaksud. Saya sudah mulai resah dengan skripsi saya ini. Profesor sampai harus memundurkan jadwal mengajar kuliah S2 karena saya. Saya terharu waktu itu. Profesor ingat dulu ada bimbingan S2nya yang sama-sama menggunakan uji ini hanya softwarenya berbeda, dan sekarang tidak punya nonya. Dan akhirnya beliau telpon salah satu dosen di ITS. Profesor bertanya bagaimana upaya penyelesaian skripsi saya ini. Dan ALHAMDULILLAH, pertolongan Allah itu cepat dan tepat. Ternyata akhir minggu ini ada pelatihan di ITS jurusan Statistika salah satunya dengan uji yang saya gunakan, dan saya direkomendasikan untuk mengikutinya. Lemaslah rasanya, Allah… Takjub, dan benar bahwa Pertolongan ALLAH itu Cepat dan Tepat.
Bersama Kesulitan Ada Kemudahan (Al Insyirah: 6)
Dalam 1 Kesulitan itu ada 2 Kemudahan
Melangkahlah kaki ke Statistika ITS. Deg…. Saat mengisi presensi, saya cukup kaget, bahkan minder. Kenapa saya minder, nanti akan ada di cerita selanjutnya. Yang saya tahu professor saya mengisi di pelatihan ini di materi pertama, materi pembuka. Kurang lebih penjelasannya adalah tentang biostatistika secara umum, hampir sama dengan apa yang saya dapatkan di kampus.  Diakhir materi saya pikir beliau tidak akan berkata apa-apa, tapi ada yang membuat saya kaget. “Mahasiswa saya ada yang ikut pelatihan hari ini, Mahasiswa bimbingan saya, dimana ya” begitu kata professor. Ada satu mbak-mbak yang mengacungkan tangan tapi kemudian professor bilang “Bukan kamu yang saya maksud mahasiswa S1”. Ishhhh….. saya yang berencana menutupi identitas saya karena di dalam sana isinya orang-orang S2, S3 bahkan juga dosen dari luar pulau jadi ketahuan. Karena jujur ini yang bikin saya minder, takut tidak bisa mengikuti jalannya pelatihan waktu itu. Saya akhirnya mengacungkan tangan, “Iya, kamu mahasiswa saya…  ini mahasiswa S1 saya, kebetulan ambil uji analisis spasial yang akan di bahas di sini. ikuti pelatihan ini baik-baik ya, diselesaikan saja sekalian analisisnya di sini”. Fiuhh… Profesor saya memang professor luar biasa, sangat perhatian dengan mahasiswanya. Terima kasih Prof.
Alhamdulillah, Allah berikan kemudahan untuk memahami setiap materi yang diberikan. Saya cukup senang dengan hal-hal baru. Akan tetapi meskipun saya tertarik dengan hal-hal baru masih ada beberapa istilah yang belum saya pahami. Bersyukur saya bisa berkenalan dengan salah satu peserta, namanya mbak Arifah. Mbak Arifah baik banget orangnya, kalau kurang paham biasanya mbak arifah yang telaten ngajari. Alhamdulillah masalah saya sekarang sudah terjawab penyelesaiannya.
Usai pelatihan, usai menyelesaikan analisis, baru saya menghadap kembali ke Profesor. Bukannya saya konsultasi, tapi saya diminta untuk mengajari bagaimana analisis itu bisa dijalankan. Hehe… kapan lagi mahasiswa ngajari professor ya hehe… bukan itu maksudnya, canggung benar saya menjelaskannya. Ada pesan yang disampaikan sebelum berakhir waktu itu, “Jangan dilepaskan ya ilmunya ini, dikembangkan, lanjutkan S2 setelah ini ya”.
“Insya Allah Prof, jujur prof saya sempat minder kemarin karena isinya kebanyakan S2 dan S3, dan saya masih mau menyelesaikan S1.” Begitu jawab saya.
“ Lho ngapain minder, gak usah minder. Siapa tahu nanti bisa sampai S3. Sudah lanjutkan saja kuliahnya. Saya yakin kamu bisa, kamu bisa jadi dosen setelah ini, sukses ya” jawab professor dengan pesan yang begitu meyakinkan saya. Dan dari peristiwa-peristiwa itulah akhirnya cinta itu makin bersemi. Saya mungkin baru akan masuk jenjang S2, karena sekarang masih masa penantian menunggu jadwal kuliah. Saya mungkin masih anak baru di dunia Biostatistika. Tapi saya berharap kelak apa yang saya dapatkan adalah ilmu yang barokah. Ilmu yang manfaat yang menjadi sebab beratnya timbangan amal di akhirat. Doakan saya bisa menyelesaikan sekolah saya tepat waktu, dan semoga bisa lebih cepat dari seharusnya. Doakan saya tidak malas, Doakan saya untuk tetap bisa menjaga iffah dan izzah dimanapun saya berada. Doakan saya jauh dari kata sombong. Doakan saya jadi wanita sholihah ya… ;-)

Griya Anisa, 20 Mei 2015
Pejuang Syahidah

Kenangan itu ada di Griya Anisa ^_^




                Ahhhh rumah ini terasa lama tak dikunjungi deh ya. Ayo mulai menulis lagi. Sebenernya udah banyak yang mau ditulis, tapi sayangnya kebanyakan alasan sih jadi gak ketulis-tulis deh. hanya diangan-angan aja. Aslinya ya eman tapi ya gitu deh… padahal inspirasi itu gak setiap saat muncul lhoh. Dan pas sekarang muncul, marilah kita menulis lagi kawan hehe…
                Tapi jujur sekarang mau nulis apa ya. Enaknya nulis apa? Pas lagi gak kepengen mikir yang berat-berat, pinginnya sih nulis yang sederhana aja tapi tetep ada yang pesan yang ditinggalkan. Nahhhh pas nyari ide nulis, pas ibu kos ketokin pintu kamar ngasih kartu pembayaran hehe. Tenang, saya mah kalo bayar g pernah nunggak kok :-D . Jadi ibu kos nggak lagi nagih uang kosan hehe.
Pas liat kartunya baru ngeh kalo di Griya anisa udah satu tahun ya  1 Mei kemarin. Sebut saja GA ya, disinilah kebersamaan itu terbina, GA itu punya kesan yang mendalam. Mulai dari bertemu dengan sahabat-sahabat yang sama-sama tinggal satu kosan, sampai akhirnya sudah pisah sendiri-sendiri meskipun masih ada yang tetap bertahan di sini. Griya anisa itu salah satu saksi bisu kita menikmati majelis-majelis ilmu, taman-taman surganya dunia, ngerujak bareng, belajar bareng spectrum sampai suara serak. Meskipuuunnn kadang kalo rame dapat teguran sama ibu kos. Atau mungkin ada yang disuruh pulang gara-gara temen-temen ngumpul di kosan terus parkiran jadi penuh >.<
                GA itu adalah rumah yang penuh kenangan. Sebelum tinggal di sini, saat pulang PKL, saat sholat ashar dikamar salah seorang sahabat, saat hujan datang dengan derasnya, dan mendadak terdengar air hujan mengguyur ruangan dengan derasnya. Panik, bingung harus berbuat apa karena mendadak GA kebanjiran. Hai Desty… masih ingatkah kejadian ini, antara kejadian lucu, haru dan menyedihkan. Tapi tenang sekarang sudah tak terjadi lagi insya Allah. Kamar desty itu punya kenangan tersendiri, tempat yang mungkin paling banyak tahu tentang curahatan hati kalo lagi galau… kalo lewat kamar desty dulu keinget desty yang lagi nyalain laptop di atas meja lipat di lantai dengan nyala lampu yang tak seberapa. Dan sekarang penghuninya sudah berganti kecuali Afril. Hei Desty… ditunggu jadi warga UA lagi ya, semoga ALLAH memudahkan langkahnya untuk kembali berjuang di UA.. aamiin.
                Salah satu sudut kamar yang punya kenangan dan juga bernilai sejarah (Agak lebay) adalah kamar Adish Vian :-D . Di sudut kamar yang paling luas di GA ini adalah saksi bisu kami belajar bersama, baik mengkaji Al Quran dan juga perkuliahan. Tapi yang paling punya kesan adalah saat kita mengkaji Al Quran. Disinilah kami berdiskusi bagaimana menjadi generasi qurani, sayangnya saat sudah mulai menyelesaikan skripsi kegiatan rutin itu pun mulai pudar. Tapi Alhamdulillah, komitmen untuk tetap membaca, mengkaji dan mengamalkannya insya Allah selalu ada dan tetap berjalan. Di kamar vian juga paling enak diskusi tentang masa depan, tentang ide-ide brilliant, tentang keinginan untuk semakin bermanfaat untuk umat. Kami berdua sering berbicara mimpi-mimpi di sini, keinginan untuk melanjutkan kuliah lagi, keinginan menjadi relawan anak jalanan meskipun akhirnya gak bisa dilanjutkan. Tinggal sama vian deh klo kemana-mana butuh teman, soalnya tinggal vian yg masih bertahan. Semoga vian dimudahkan untuk menuju kampus perjuangan selanjutnya, di kota yang jauh nan di sana, 5 jam dari Surabaya
                Sudut lain yang tak kalah punya kenangan adalah kamar Dyah Ambarwati dan Mpok Laela. Biasanya kalau ada agenda-agenda ruhiyah sering berkunjung ke sana sebelum berangkat. Kalau susah banget belajar biasanya lari ke kamar ambur buat belajar bareng, sampek kemarin sumpek ngerjakan proposal skripsi lari ke sana nyari ketenangan. Karena kamar ini memang tenang setenang penghuninya hehe. Patner I’tikaf ramadhan tahun lalu adalah penghuni kamar ini. Hampir setiap hari berangkat dan pulang bareng dari masjid termasuk nyari buka puasa. Dan kini penghuninya sudah berganti, penghuni lamanya sudah kembali ke kampung halaman, ke Pekan baru dan Tangerang. Semoga Allah mudahkan dan lancarkan rizkinya untuk adinda-adinda berdua… aamiin.
                Tulisan ini bukan promosi kostan Griya Anisa ya, tapi kalo bagian dari promosi juga gak papa deh hehe. Yang jelas Griya Anisa itu punya kenangan tersendiri. Tempat dimana banyak sahabat yang membersamai, rumah yang menjadi saksi bisu suksesnya kawan-kawan berjuang sampai lulus kuliah. Termasuk juga rumah yang menjadi saksi bisu saat galau-galau itu terjadi. Namanya juga manusia jadi kalau galau ya wajar ya hehe. Udah gitu aja yang mau ditulis. Semoga Allah jadikan persahabatan, persaudaraan kami hingga ke SurgaNya… aamiin

Pejuang Syahidah
Griya Anisa , 19 Mei 2015

Selasa, 30 September 2014

JODOHKU.... KACAMATAKU

Mungkin seperti itulah jodoh, tak perlu banyak memilih, yang pasti tetap melakukan pertimbangan. Akan cocok atau justru tidak. Kira-kira itu yang saya dapatkan saat memilih...... kacamata. Hehe....

Minggu lalu saya dapat rejeki nih... alhamdulillah. Diajakin bapak ibu ke optik. Awalnya ibu yang mau ngebenerin kacamata ibu, tapi akhirnya sama ibu ditawari buat beli frame sekaligus ganti lensanya. Emang sudah sejak lama pengen ganti frame soalnya sudah mengelupas gitu. Tapi masih tetap nyaman dipakai. Tak butuh waktu lama untuk memilih, karena saya bukan orang yang suka berlama-lama saat berbelanja hehe... nggak nyambung deh. Di etalase banyak nian macam dan model frame yang unyu-unyu... tapi hanya beberapa yang dilihat. Kalau dulu bisa cukup lama untuk memilih tapi sekarang cuma lihat 1 atau 2 udah memutuskan mana yang pas dan mau dibeli.

Terus apa hubungannya sama jodoh? Ada. Salah satunya saat saya memilih. Mungkin seperti itulah jodoh. Tak butuh waktu lama meskipun juga ada yang berlama-lama. Tapi begitulah saat jodoh itu datang. Tak terduga... tak terduga kalau saat itu saya bakal dapat kacamata baru. Mungkin suatu hari nanti akan bilang tidak terduga kalau ketemu jodohnya, pendamping hidup dunia akhirat... ceileeee. Yang kedua, saat memakai kacamata yg baru saya butuh adaptasi lagi. Meskipun ukuran minusnya tetap dan tidak berubah. Cuma frame dan kualitas lensanya yang mengalami perubahan. Begitu juga nanti jika saatnya sdh berdua, sekalipun sudah sesuai kriteria masih saja butuh adaptasi, harapannya dengan berdua pasti menambah kualitas iman hehe. Mungkin ada saatnya akan membandingkan memakai kacamata lama karena sudah terbiasa merasa lebih nyaman dengan kacamata baru yang butuh energi adaptasi biar bisa menyatu. Begitu juga dengan saat sudah bersuami, akan ada masanya membandingkan diri saat masih single, dengan saat sudah bersuami yang harus berusaha adaptasi dg sepenuh hati karena nyatanya sekalipun sudah masuk kriteria ya saya pilih dia tapi ada sisi yang berbeda dengan kita.... huhuhu.... gitu intinya.... :D