Selasa, 30 September 2014

JODOHKU.... KACAMATAKU

Mungkin seperti itulah jodoh, tak perlu banyak memilih, yang pasti tetap melakukan pertimbangan. Akan cocok atau justru tidak. Kira-kira itu yang saya dapatkan saat memilih...... kacamata. Hehe....

Minggu lalu saya dapat rejeki nih... alhamdulillah. Diajakin bapak ibu ke optik. Awalnya ibu yang mau ngebenerin kacamata ibu, tapi akhirnya sama ibu ditawari buat beli frame sekaligus ganti lensanya. Emang sudah sejak lama pengen ganti frame soalnya sudah mengelupas gitu. Tapi masih tetap nyaman dipakai. Tak butuh waktu lama untuk memilih, karena saya bukan orang yang suka berlama-lama saat berbelanja hehe... nggak nyambung deh. Di etalase banyak nian macam dan model frame yang unyu-unyu... tapi hanya beberapa yang dilihat. Kalau dulu bisa cukup lama untuk memilih tapi sekarang cuma lihat 1 atau 2 udah memutuskan mana yang pas dan mau dibeli.

Terus apa hubungannya sama jodoh? Ada. Salah satunya saat saya memilih. Mungkin seperti itulah jodoh. Tak butuh waktu lama meskipun juga ada yang berlama-lama. Tapi begitulah saat jodoh itu datang. Tak terduga... tak terduga kalau saat itu saya bakal dapat kacamata baru. Mungkin suatu hari nanti akan bilang tidak terduga kalau ketemu jodohnya, pendamping hidup dunia akhirat... ceileeee. Yang kedua, saat memakai kacamata yg baru saya butuh adaptasi lagi. Meskipun ukuran minusnya tetap dan tidak berubah. Cuma frame dan kualitas lensanya yang mengalami perubahan. Begitu juga nanti jika saatnya sdh berdua, sekalipun sudah sesuai kriteria masih saja butuh adaptasi, harapannya dengan berdua pasti menambah kualitas iman hehe. Mungkin ada saatnya akan membandingkan memakai kacamata lama karena sudah terbiasa merasa lebih nyaman dengan kacamata baru yang butuh energi adaptasi biar bisa menyatu. Begitu juga dengan saat sudah bersuami, akan ada masanya membandingkan diri saat masih single, dengan saat sudah bersuami yang harus berusaha adaptasi dg sepenuh hati karena nyatanya sekalipun sudah masuk kriteria ya saya pilih dia tapi ada sisi yang berbeda dengan kita.... huhuhu.... gitu intinya.... :D

Selasa, 02 September 2014

Ramadhanku... Ramadhan ceria ;-)

meski Ramadhan sudah berlalu 2 bulan lalu, tapi masih teringat jelas bagaimana Ramadhan tahun ini, 1435H ini lebih indah dari tahun-tahun sebelumnya, semoga saja tahun-tahun berikutnya masih diijinkan untuk menikmatinya kembali bersama dengan keluarga dan keluarga baru, lhoh???? hehe... anggap saja bagian dari doa.

kenapa kok judulnya ramadhan ceria, soalnya ramadhan tahun ini pertama kalinya safari masjid, dari masjid satu ke masjid yang lain, yang pasti tujuan utama bukan nyari buka puasa kok, meskipun juga efeknya bakal dapat buka puasa dari masjid, tapi pengen memperdalam ilmu agama hehe, kan kalau ramadhan masjid-masjid biasanya menyediakan menu kajian yang istimewa :-)

hal lain yang juga istimewa itu di sepuluh hari terakhir ramadhan... ahhh Allah, Engkau ijinkan hambaMu untuk mendekat padaMu bersama dengan orang-orang yang hamba sayangi, tak hanya teman-teman sekosan yang bisa diajak ke masjid, tapi juga keluarga. kalau diawal-awal bersama dengan Mas, Istrinya, sama ketiga anaknya yang masih krucil-krucil itu, dan di hari-hari akhir untuk pertama kalinya lengkap sama Bapak, Ibu, sama Mbak, waktu itu mbak nggak sama suaminya soalnya pas masih ada kerjaan di luar kota. ahhh betapa bahagianya hati saat dikumpulkan bersama keluarga disaat-saat menikmati Ramadhan, dan semoga kelak Engkau kumpulkan di SurgaMu... aamiin.

udah gitu doang... hehe

Rabu, 27 Agustus 2014

Jilbab itu...... Istimewa ^_^

Ehemm... Wusss.. akhirnya nulis lagi... nengokin blog ini lagi, bersih-bersih lagi, kayaknya berdebu ni rumah yak... hehe. sebenarnya banyak yang pengen ditulis tapi apa mau dikata, sok sibuk gitu dahh... oke guys, langsung aja cuss ya... judul tulisan saya kali ini seputar jilbab, ada apa dengan JILBAB???

Kalau saya ceritakan bagaimana kisah saya akhirnya memilih berjilbab "RAPI" dengan kata lain (semoga) sudah masuk kategori Syar'i, tidak ada yang spesial, waktu SD memang sekolah di madrasah jadi sudah pakai jilbab, tapi dulunya memang kalau sekolah aja, tapi sejak kelas 6, kakak laki-laki saya dengan entengnya menyuruh saya membiasakan diri pakai jilbab. meskipun belum rapi tapi saya tidak pernah pakai jilbab yang pendek, Alhamdulillah selalu menutup dada, tapi masih sering pakai celana. baru saat saya masuk kelas 1 SMP, yang kebetulan juga di Madrasah Tsanawiah, saya baru memakai Jilbab yang syar'i, bukan karena permintaan atau saya sadar bagaimana menggunakan jilbab yang benar, tapi karena ibu saya membelikan saya kain yang lebar buangeeeetttt terus dijahit jadi gamis yang cantikkkk hehe... sudah saya bilang tak ada yang spesial kokkkk :D

Tapi bukan itu yang akan saya ceritakan di sini. beberapa waktu lalu saya pulang kampung, kebetulan naik Bus. karena jumlah bus yang akan saya naiki ini terbatas jumlahnya dan hanya ada sejam sekali, jadi harus sabarrrr nungguin di Terminal. bau kendaraan bermotor, teriakan kondektur bis antar kota, lalu lalang asongan menjajakan dagangan, debu yang beterbangan, panas yang menyengat, asap rokok yang bisa bikin eneg, orang yang kesana kemari bawa barang berkardus-kardus, tas ransel atau tanpa tentengan apapun, apalagi kira-kira yang bisa menggambarkan sebuah Terminal Bus, di salah satu Kota Besar di Indonesia. karena di sana tidak ada tempat duduk untuk menunggu, jadilah saya duduk di pinggiran trotoar tempat bus tujuan saya nanti berhenti menunggu penumpang, sambil melihat kiri kanan. awalnya tak ada yang menarik, begitu-begitu saja. tapi kemudian ada yang membuat saya jengkel, risih dan sebangsanya.

sekitar 15 menit setelah saya menunggu lama, tiba-tiba ada seorang perempuan yang akhirnya saya tahu dia baru saja lulus SMA hendak berkunjung ke rumah saudara, saya tahu karena akhirnya di dalam bis kita sebelahan. terus apa yang membuat saya jengkel? sebut saja dia Fulanah, dengan membawa tas pakaian ukuran cukup besar, dengan tampilan anak gahul jaman sekarang, celana pensil, baju agak ketat, rambut panjang yang dikuncir kuda, cuma Fulanah tak pakai kosmetik, tapi kayaknya cuma pakai bedak. cerita bermula saat Fulanah tanya ke salah satu pedagang asongan "Pak, Bus ke kota xxxxxx di sini ya?" Sebut saja pak Asongan itu A, "Iya Mbak, di sini mbak.. sini-sini mbak saya bantu" ujar Pak A pada Fulanah. awalnya saya biasa aja lihat adegan itu, tapi kemudian semakin lama semakin ahhh sudahlah, pak A yang memang tak terlalu muda, juga tak terlalu tua itu terus2an nanya ke Fulanah dengan hal yang g penting, nanya rumahnya mana, mau kemana, namanya siapa de el el... seriusss risih. Melihat pak A yang Pak B (Asongan yang lain) datang mendekat ke arah Fulanah juga sambil duduk di depan si Fulanah "Mbak ati-ati mbak, jangan percaya sama si A itu, ati-ati kalau di Terminal... bla bla...." yang ujungnya sama aja sama pak A tadi yang nggodain si Fulanah. Dan Fulanah ngapain??? kelihatan Fulanah risih tapi gak tahu ngapain, jadinya diem sesekali menjawab pertanyaan si pak asong. gak cukup pak B yang ikutan Pak A, datang lagi asongan-asongan lain sok-sokan SKSD sama si Fulanah. nggak ngerti apalagi yang mereka katakan, saling menimpali lah satu sama lain.

Jujur saya sebagai perempuan merasa terhina, pingin marah terlebih saya belum bisa berbuat apa2 >.< saat saya melihat saudara saya digoda seperti itu, untungnya tak berselang lama bis yang kami tunggu tiba jadi si Fulanah bisa bebas dari godaan2 gak jelas kayak gitu. ada yang menarik saat peristiwa itu, di samping Fulanah ada seorang perempuan berjilbab, anggun dilihat, jilbabnya rapi. bila dibandingkan dengan Fulanah, tak kalah cantiklah. tapi kenapa si bapak-bapak Asongan itu nggak SKSD sama mbak berjilbab itu? mbaknya ramah kok, lawong saya senyum saja mbaknya balas senyum ke saya hehe. lalu apa alasannya??? ahh iya, ada yang berbeda dengan mbak ini dengan si Fulanah, iya bener. Jilbabnya... Jilbabnya yang melindungi si mbak cantik itu dari godaan lelaki, jilbabnya tak sekedar menutup aurat, jilbab sebagai melindungi wanita dari kejahatan. Jilbab yang syar'i juga bisa buat sholat jadi gak usah bawa mukena hehe, Jilbab itu membantu para kaum adam untuk menjaga matanya untuk melihat hal-hal yang dilarang.... Ahh iya, jilbab itu istimewa, seistimewa dirimu #eeaaa.

















يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لأزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
“Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu & isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah utk dikenal, karena itu mereka tak di ganggu. & Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” 
(QS. Al-Ahzab: 59)
Adanya Allah sudah memerintahkan bukan tanpa alasan, karena Allah teramat cinta pada hambaNya, hingga ingin selalu hambaNya terjaga, menjadi terhormat di dunia dan diakhirat. Jika memang belum berjilbab karena belum siap, siap seperti apa yang harus ditunggu sedangkan para Shohabiyah begitu bersegera saat turunnya ayat untuk berjilbab bagi seorang muslimah. Jika yang jadi alasan karena tak ada dana untuk membeli jilbab, niat baik insya Allah akan dimudahkan selama masih mau berikhtiar... ahhh jangan terlalu banyak mengurai alasan begitu kira-kira kata teman. kalau memang bisa disegerakan maka segerakanlah, sebelum akhirnya penyesalan di akhir hayat. demikianlah pemirsa yang dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat :)

Pejuang Syahidah

Jumat, 11 Juli 2014

LURUSKAN NIAT MENIKAHMU

Tulisan dibawah bukan asli tulisan saya lho, soalnya memang belum mengalami, ya sapa tahu setelah upload tulisan ini (meskipun copas) mengalaminya sendiri #eeaaa :D
Yang pasti saya suka dengan maknanya, ya bisa nambah-nambah dalam proses pembelajaran menuju ke sana. Karena Niat itu amat sangat penting sekali, iseng-iseng nyari dapatnya artikel ini, dan sesuatu banget dah isinya. Mungkin sedikit review sebelum masuk ke bacaannya, kita ingat kembali hadit arbain yang pertama, yuppss tentang NIAT

عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ: إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى. فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ. 
[رواه إماما المحدثين أبو عبد الله محمد بن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن بردزبة البخاري وأبو الحسين مسلم بن الحجاج بن مسلم القشيري النيسابوري في صحيحيهما اللذين هما أصح الكتب المصنفة]

Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khattab radhiallahuanhu, dia berkata, "Saya mendengar Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya setiap perbuatan ) tergantung niatnya ). Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya ) karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena menginginkan kehidupan yang layak di dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan. 
(Riwayat dua imam hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari dan Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaaburi di dalam dua kitab Shahih, yang merupakan kitab yang paling shahih yang pernah dikarang).

dan selajutnya selamat mengambil ibroh dari tulisan ini...

Bagi yang paham, apabila sedang berada dalam proses menuju pernikahan, saat ditanya perihal niatan menikah, maka mayoritas jawabannya adalah sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT. Subhanallah.. betapa mulianya niat tersebut. Nah.. pertanyaannya, betulkah niatnya lurus untuk Allah dan hanya karena Allah? Hehehe.. biasanya, saat ditanya demikian, kita akan mengangguk yakin bahwa niatannya betul-betul lurus untuk ibadah kepada Allah.  Tapi sekali lagi, betulkah demikian?
Melalui postingan kali ini, yuk kita sama-sama analisis kelurusan niatan menikah kita. As usual based on my own experiences :)
Subhanallah.. Allah sungguh luar biasa. Pada saat saya sedang berproses ta’aruf kemarin, kami dipertemukan dengan seorang ustadz yang luar biasa pula, dan memang berkapasitas untuk menasihati orang-orang mengenai ilmu-ilmu pernikahan dalam Islam, terutama yang sedang dalam proses ta’aruf seperti kami.
Masih tampak jelas dalam ingatan saya, sore itu kami duduk di ruang buku ustadz tersebut, bersiap untuk mendengarkan berbagai wejangan demi kemudahan proses kami menuju pernikahan. Saya pribadi pada saat itu membayangkan akan menerima nasihat-nasihat indah yang menggiring harapan baik menuju pernikahan idaman. Hati saya dipenuhi pengharapan akan mendapatkan penjelasan mengenai langkah demi langkah yang jelas, untuk mencapai pernikahan yang barakah.
Pertemuan pertama saya dengan ustadz memperlihatkan saya pada sosok bapak yang tampak sangat bijaksana. Beliau ini merupakan mantan preman, yang setelah hijrah, malah semakin melesat dan kini sudah mendirikan banyak sekali rumah tahfidz untuk para santri penghafal Al Qur’an, subhanallah. Tak hanya itu, dunia kini justru berduyun-duyun mengejarnya.
Ustadz membuka percakapan melalui perkenalan dengan kami terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan bertanya mengenai kesibukan kami sehari-hari. Obrolan kami berlangsung sangat santai seperti sedang silaturahim biasa, bukan berguru atau memohon nasihat. Kami pun akhirnya menyampaikan niat kedatangan kami. Ustadz tersebut tersenyum memandangi kami yang saat itu sedang dalam proses ta’aruf. Bukannya memberikan nasihat, beliau malah meluncurkan pertanyaan, yang hingga sekarang menjadi pedoman kuat saya dalam pelurusan niat menikah. Simak baik-baik ya..
“Nak.. kalau kalian yang sudah berproses hingga sejauh ini ternyata  pada akhirnya kalian tidak berjodoh, tidak bisa sampai ke pernikahan..” beliau menghela nafas sebentar, kemudian menatap kami, “Bagaimana perasaan kalian?”
Seketika kami terdiam. Bagi saya pribadi, itu merupakan hal yang tidak pernah saya bayangkan sama sekali sebelumnya. Saking saya menikmati proses ta’aruf yang indah sesuai syariat Allah, tidak sekalipun terlintas dalam benak saya apabila kelak ternyata kami sebetulnya tidak berjodoh. Saya terdiam cukup lama, merenungkan seandainya hal tersebut benar-benar terjadi. Tidak terbayang sama sekali.
Ustadz memecah keheningan kami dengan mengulang kembali pertanyaan yang sama, “Bagaimana seandainya ternyata setelah berproses sejauh ini, ternyata kalian tidak bisa sampai ke pernikahan sebab kalian memang tidak ditakdirkan Allah untuk berjodoh?” Kami terdiam kembali dan benar-benar membayangkan apabila kelak hal tersebut benar terjadi. Dan akhirnya ustadz bertanya kembali, “Bagaimana perasaannya? Ternyata berat ya membayangkan bila setelah berproses sejauh ini ternyata tidak bisa sampai ke pernikahan?” Saya mengangguk dalam hati. Sungguh berat sekali membayangkan apabila benar suatu hari ternyata proses kami harus terhenti atas alasan apapun, sebab proses kami indah sekali, khususnya bagi saya.
“Nak.. rasa berat hati saat membayangkan seandainya diri tidak berjodoh dengan pasangan yang sedang berproses sekarang merupakan tanda bahwa niat menikahmu belum lurus untuk Allah SWT.” Subhanallah.. JLEB!!
“Ucapanmu mengenai niatan menikah karena Allah, demi ibadah yang lebih lengkap, pengutuhan keimanan, dll.. mudah sekali diuji kebenarannya dengan cara demikian tadi. Bayangkan bila seandainya tidak berjodoh. Ucapanmu diuji melalui rasa hatimu yang jelas tidak bisa berdusta.”
Seketika itu diri ini diliputi muhasabbah yang sangat dalam. Pernyataan ustadz tersebut berputar-putar di kepala. Saya menunduk. Benar, sangat benar. Rasa hati yang berat itu merupakan bukti nyata bahwa niatan menikah saya belumlah lurus karena Allah. Ustadz tersenyum. Tampak dari wajahnya, beliau sangat memahami jawaban dalam hati kami. Beliau kemudian melanjutkan, “Sebetulnya, bila niatan menikahnya benar-benar lurus, rasa berat hati apabila ternyata tidak bisa bersatu dalam pernikahan itu tidak akan ada. Hati yang lapang menerima dengan ikhlas atas apapun ketentuan-Nya bisa dengan mudah dimiliki apabila diri sudah sangat yakin bahwa apapun yang terjadi di muka bumi ini, sebenarnya merupakan ketentuan baik dari Allah. Lagipula, bila benar ternyata tidak berjodoh, berarti Allah sedang siapkan yang benar-benar terbaik menurut-Nya. Apa yang harus disedihkan?”
Saya menenggelamkan diri dalam muhasabbah yang lebih dalam lagi. Saya mengangguk lebih kencang dalam hati. Iya benar, itu benar, sangat benar. Ustadz melanjutkan kembali, “Jadi untuk menggapai pernikahan yang barakah, pertama-tama.. luruskan dulu niat menikahmu, sebab itu yang sebetulnya cukup sulit. Bila niatan sudah lurus, selebihnya insyaAllah akan dimudahkan.”
Ustadz menyampaikan kalimat demi kalimat dengan penuh ketenangan dan diwarnai senyuman yang sangat bijaksana. Sungguh, hari itu merupakan pembelajaran luar biasa. Yang awalnya mengharapkan nasihat langkah demi langkah menuju pernikahan barakah, justru dihadiahi nasihat yang sangat mendasar dan menjadi pondasi kokoh diri sebelum melangsungkan proses pernikahan.
Perjumpaan kami hari itu ditutup dengan sebuah pemaparan indah dari ustadz. “Nak.. tidak ada masalah sama sekali dengan hasil akhir yang tidak sesuai dengan harapan sekalipun, apabila dalam prosesnya kalian sama-sama menjalaninya penuh ketaatan kepada Allah disertai dengan niat yang lurus. Dan sekali lagi, niat yang lurus bisa diukur dengan bertanya pada diri sendiri perihal ikhlas atau beratkah bila ternyata tidak saling berjodoh. Yakinlah Allah pasti berikan keputusan yang terbaik bagi hamba-Nya. Jadi sebetulnya tak ada alasan bagi kita berberat hati terhadap apapun yang tak sesuai dengan harapan. Saya doakan, semoga niat lurus selalu bersemayam dalam hati kalian. Dan bila belum lurus, maka berlatihlah terus.”
Subhanallah.. sebuah perjumpaan yang sangat bermakna. Sejak saat itu, setiap hari saya melatih diri meluruskan niat saya menikah. Setiap ada sedikit  perasaan yang beranjak semakin dalam pada calon pasangan, seketika saya menarik diri dan meluruskan niat saya kembali, hanya untuk Allah, dan karena Allah. Hari demi hari saya berulang kali memaksakan diri meluruskan niat menikah yang sejujurnya tidak mudah, hingga akhirnya saya menemukan diri saya terbiasa dengan niatan menikah yang lurus, insyaAllah.
Alhamdulillah, sebuah pertemuan singkat dengan ustadz tersebut mampu mengkokohkan pondasi utama proses menikah, yaitu dalam hal pelurusan niat menikah.  Hingga akhirnya saya menyadari, tidak ada kekhawatiran sedikitpun aapabila ternyata jodoh saya bukanlah dia yang sedang berproses dengan saya. Cukuplah saya menjalankan prosesnya sesuai dengan yang Allah suka, dan hasilnya biar Allah yang tentukan, suka-suka Allah saja. Tapi bukan berarti saya tidak serius menjalankannya. Saya hanya berpegang teguh bahwa apapun yang jadi ketentuan Allah, pastilah yang terbaik. Menikah kapanpun pada waktu terbaik-Nya, dengan siapapun pilihan terbaik-Nya. Alhamdulillah, ringan sekali rasanya menjalani kehidupan dimana segala sesuatu hal digantungkan harapannya hanya kepada Allah dan hanya untuk Allah. Sebuah anugerah yang tidak semua orang bisa miliki bila ia tidak yakin kepada-Nya. Terimakasih ya Rabb, I love You more :)
http://febriantialmeera.wordpress.com/2012/11/25/luruskan-niat-menikahmu/