Bismillahirrahmanirrahim
Subhanallah, nahmaduhu wa nastaghfiruhu, Ash- sholatu wassalamu ‘ala rasuluhu, Muhammad SAW.
Mengawali tulisan ini dengan merangkai basmalah dan istighfar, semoga Allah menjaga untaian kata ini dari berbagai fitnah, dan menjadikannya semata untuk perbaikan dakwah. Sebab, pada Allah lah semuanya bermuara. Nur-Nya lah yang akan mampu menunjuki kita pada perbaikan kualitas dalam mengemban amanah mewarisi misi para Nabi ini, Insya Allah.
Berawal dari sebuah curhatan seorang ikhwah, sekaligus perenungan pada diri sendiri..
"Mbak... ane barusan ketemu sama akhwat A, ane syok dan sedih bukan main mbak, jilbabnya semakin pendek saja," kulemparkan senyuman ke arahnya "semakin pendek bagaimana dik?"
"Iya mbak, jilbabnya tak lagi serapi dan selebar pas masih jadi mahasiswa, pakainnya pun... ane sedih mbak lihatnya, apalagi... hiks." wajahnya mulai berkaca-kaca. "Apalagi apa maksudnya dik?"
" Apalagi dengan bangganya dia mengenalkan pacarnya ke ane mbak... hiks hiks, padahalkan dulu dia aktif sekali di dakwah kampus mbak, amanahnya tak bisa dipandang sebelah mata, kredibilitasnya jangan ditanya, kenapa bisa seperti itu mbak, setelah berpindah dari dunia kampus, kenapa berubah." ujarnya sambil terisak
Itu hanya satu dari banyaknya fenomena yang memang benar2 terjadi nyata, dalam hati bertanya, kemana idealisme dan prinsip-prinsip yang mereka dengung2kan selama ini. Apakah jika status mahasiswa tidak lagi disandang, prinsip-prinsip Islam juga tak lagi ditegakkan? Koq bisa ya? akar permasalahannya dimana? bagaimana solusinya supaya kader yang sudah lama terbina, yang sebelumnya militan tetep jadi kader militan sepanjang masa dan tak jadi luntur setelah lulus?
Tak bisa dipungkiri, fenomena "Futur Setelah Lulus" sudah menjadi rahasia umum. Lingkungan baru yang berbeda, kenyamanan-kenyamanan yang ditawarkan saat di kampus taklah sama dengan dunia pasca kampus yang lebih kejam.
Setting-nya sangat berbeda. Kondisi heterogen mencuat dimana-mana. Lingkungan, karakter, cara berfikir, kultur, dan lainnya semua berbeda. lnilah realitas kehidupan sesungguhnya. Inilah medan pertarungan yang nyata. .Segala sisi manusia tergambar disana. Sisi religius dan kekafiran, santun dan sadis, kelicikan dan kepandiran, kebijaksanaan dan kebodohan. Idealisme semasa masih di kampus tak kadang luntur perlahan
Dalam menghadapi kondisi sedemikian maka immunitas diri menjadi suatu kebutuhan mutlak. Immunitas ini tidak ditumbuhkan dengan sendrinya. Namun merupakan hasil dari proses perjalanan ruhani. Karena immunitas merupakan buah dari iman dan kesabaran. Dan keduanya harus dibangun sedini mungkin. Berangkat dari sini maka kebutuhan akan Tarbiyah Dzatiyah (pembinaan mandiri) mutlak dilakukan."Bila selama ini menjaga ruhiyah dengan mudah dilakukan karena komunitas Islami di kampus kuat membentengi. Namun diluar sana, komunitas-komunitas Islami ini sulit ditemukan. Maka apa lagi yang bisa diandalkan untuk menyelamatkan diri dari badai materialisme kecuali keteguhan diri?"
Bukan jamannya lagi aktivis dakwah manja. Hatinya hanya hidup saat dirinya berada dalam habitat Islaminya. Bila sesaat saja keluar dari lingkungan Islami, datanglah malapetaka bagi keimanannya.Bukan lagi jamannya aktivis dakwah yg INSTAN, Yang KUAT karena LINGKUNGAN, namun RAPUH ketika SENDIRIAN.
Buat saudara2ku yang masih di dakwah kampus, tetaplah istiqomah dan kumpulkan bekal sebanyak mungkin dan kuatkan ruhiyah kalian untuk menghadapi dunia pasca kampus nanti. Kuatkan tarbiyah, pererat ukhuwah. Manfaatkan ‘waktu emas’ kalian selama di kampus. Kampus ibarat ‘kawah candradimuka’ untuk membekali diri terjun di kancah dakwah yang sebenarnya ketika kalian lulus nanti.
Buat saudara2ku yang telah lulus, tetaplah istiqomah dalam tarbiyah dan dakwah. Tidak ada namanya cuti, pensiun apalagi Mantan Aktivis Dakwah. Karena Dakwah tak mengenal usia, tak hanya untuk kaum muda atau mahasiswa..
“(Mereka berdo’a), "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesdsatan sesudah Engkau memberi Petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau, karena scsungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)” (QS. Ali lmran: 8).
Sesungguhnya dakwah ini tak kan pernah mati tanpamu,
Tapi kaulah yang akan `mati’ tanpanya
Sesungguhnya dakwah ini pasti akan menang,
Dan engkaulah yang akan memilihnya
engkau akan ikut bersamanya atau hanya puas sebagai penonton saja
Tarbiyah memang bukan segala-galanya, tapi
segala-galanya dimulai dari tarbiyah
~Selepas Hujan Di Sudut Kota Kecil~
25 Desember 2011
Pejuang Syahidah__